BERUBAHNYA kondisi air Sungai Segah juga berdampak pada pembudidaya ikan keramba di bantaran sungai. Mereka pun kembali waswas, karena ikan-ikan mereka terancam mati.
Hal itu disampaikan Iwan, salah seorang pemilik keramba di kawasan Bujangga. Apalagi, dirinya sudah pernah mengalami kerugian ratusan juta, dari perubahan kondisi air sebelumnya.
“Jika dipindah semua ke kolam nggak akan cukup. Dan tidak cocok. Jadi kami minta pihak pemerintah agar dicarikan solusinya serta bisa menuntaskan persoalan ini secepatnya. Apa penyebab pastinya yang sudah membuat ikan-ikan kami mati,” ucap Iwan, Jumat (3/1).
Kepala Dinas Perikanan Berau, Tentram Rahayu membenarkan kondisi itu. Dia mengaku menerima laporan dari pembudidaya ikan keramba, bahwa ikan di keramba banyak yang mati karena kondisi perubahan warna air.
“Mereka saya minta mencatat untuk pendataan. Dari kami juga sudah ada petugas yang mengecek air dan terus berkoordinasi dengan pembudiaya ikan keramba,” ujarnya, kepada Berau, kemarin.
Terpisah, Direktur Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Tirta Segah, Saipul Rahman menambahkan, perubahan warna air sungai ini kembali terjadi sejak Kamis (2/1) lalu. Hal tersebut berdasarkan laporan petugas yang setiap hari melakukan pengecekan air baku di lapangan.
Dari hasil pengecekan potensi hidrogen (pH) air baku di wilayah Teluk Bayur pada Jumat (3/1) mencapai 4,6. “Tapi kalau belajar dari kejadian sebelumnya, itu masih bisa kami normalkan dengan menambah penggunaan bahan kimia,” jelasnya.
Ditambahkannya, kondisi ini juga telah dikoordinasikan dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK). Apalagi kata dia berubahnya kondisi air baku yang diolah sangat berpengaruh terhadap mesin pompa. “Karena jika dipaksakan, dikhawatirkan nanti mesin pompa tiba-tiba rusak sehingga dapat mengganggu pendistribusian air ke masyarakat,” pungkasnya. (*/oke/mar/har)