Salto Ubur-Ubur

- Sabtu, 4 Januari 2020 | 12:12 WIB
ilustrasi
ilustrasi

SESEORANG dengan gaya salto di Danau Pulau Kakaban tiba-tiba menjadi viral di media sosial. Banyak teman saya yang ngomel. Bahkan, penggiat lingkungan maupun biro perjalanan wisata mengungkapkan rasa kesalnya.

Saya juga sangat kesal. Dua kali lipat marah saya dengan para penyelam yang juga marahnya luar biasa. Marah setelah melihat adegan salto yang dipertunjukkan oleh salah seorang pengunjung di Pulau Kakaban.

Berenang dengan membuang badan seperti itu, bukan di Danau Kakaban tempatnya. Kalau mau dengan gaya salto ataupun gaya dobel salto atau gaya apapun, cobalah di sekitar dermaga pendaratan di luar pulau.

Lakukanlah gaya seperti itu di Pulau Maratua ataupun di salah satu dermaga yang ada di Pulau Derawan. Gaya apapun bisa dipertontonkan. Jangan di Pulau Kakaban.

Mengunjungi Pulau Kakaban bisa menyaksikan ubur-ubur yang ada di danau tengah pulau itu. Juga bisa melakukan snorkling di karang yang terjal sekitar pulau.

Di danaunya, banyak aturan yang harus dipatuhi. Tak boleh ada gerakan berenang, yang bisa melukai ubur-ubur. Kalau gaya salto seperti video yang viral itu, bisa membuat ubur-ubur terluka dan bahkan bisa mati.

Ada petunjuk di pintu masuk, sebelum menuju jalan ke danau. Petunjuknya sudah jelas. Bila itu saja dipatuhi, semua akan berlangsung baik-baik saja.

Pulau Kakaban yang luasnya 700 hektare lebih dengan danau yang ada di dalamnya, sering saya sebut Jurrasic Park. Banyak biota di dalamnya, yang sudah terkurung hingga ribuan tahun lamanya, bersamaan dengan terbentuknya pulau.

Sebagai warga Berau, bangga akan Pulau Kakaban yang hanya ada dua di dunia. Satunya lagi Pulau Palau di Kepulauan Micronesia, sekitar 1.000 kilometer dari Filipina.

Saya tidak bisa membedakan, katanya ada empat jenis ubur-ubur dan beberapa jenis ikan yang sudah berevolusi sejak ribuan tahun. Karena biota yang hidup di danau yang tidak terhubung dengan lautan itu, saya sering menyebutnya ‘Jurrasic Park’.

Bukan Jurrasic Park, seperti yang digambarkan novel karya Michael Crihton. Dan dibuat film dengan judul yang sama oleh sutradara terkenal Steven Spielberg, tahun 1990 lalu.

Thomas Tomaschik, ahli kelautan Kanada menyebut "Pulau Kakaban merupakan surga kekayaan biologi yang ada di Indonesia. Misteri bagaimana hewan dan tumbuhan yang terisolasi dalam danau ini merupakan salah satu obyek yang sangat diminati oleh ilmuwan untuk diungkap. Karena itu, laut ini memang pantas menjadi obyek konservasi alam yang seharusnya dilindungi dan dilestarikan"

Selain biota yang hidup di danau. Tumbuhan endemik ada di daratan Pulau Kakaban. Semakin memperkuat keberadaan pulau yang penuh dengan misteri itu.

Sebagai pulau yang berstatus Kawasan Konservasi Laut (KKL), menjadi magnet wisatawan untuk berkunjung. Juga menjadi ikon biro perjalanan, menjadikan Kakaban sebagai salah satu destinasi impian.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Penerimaan Polri Ada Jalur Kompetensi

Jumat, 19 April 2024 | 14:00 WIB

Warga Balikpapan Diimbau Waspada DBD

Jumat, 19 April 2024 | 13:30 WIB

Kubar Mulai Terapkan QR Code pada Pembelian BBM

Jumat, 19 April 2024 | 13:00 WIB

Jatah Perbaikan Jalan Belum Jelas

Jumat, 19 April 2024 | 12:30 WIB

Manajemen Mal Dianggap Abaikan Keselamatan

Jumat, 19 April 2024 | 08:25 WIB

Korban Diseruduk Mobil Meninggal Dunia

Jumat, 19 April 2024 | 08:24 WIB

Mulai Sesak..!! 60 Ribu Pendatang Serbu Balikpapan

Jumat, 19 April 2024 | 08:19 WIB
X