Landmark Pak Edi

- Senin, 13 Januari 2020 | 15:13 WIB
ULANG TAHUN: Salah satu momen bersama Pak Edi Yuniarto, saat BRI berulang tahun. Saya dan teman-teman Berau Post, memberikan ucapan selamat dan kue ulang tahun.
ULANG TAHUN: Salah satu momen bersama Pak Edi Yuniarto, saat BRI berulang tahun. Saya dan teman-teman Berau Post, memberikan ucapan selamat dan kue ulang tahun.

BAGI saya dan para kerabat, waktu 2 tahun dan 3 bulan rasanya tak cukup. Belum siap untuk ditinggalkan. Harusnya, digenapkan 4 tahun. Biar semua angan-angan Pak Edi, bisa terkabul seluruhnya.

Itu maunya saya. Maunya Pak Edi, yang bos BRI Tanjung Redeb, tidak begitu. Pergerakan pucuk pimpinan berputar. Pak Edi juga masuk dalam putaran itu. Ia harus pindah tugas. Tempat yang jauh. Di BRI Lampung Utara.

Saya tidak tahu, bagaimana perasaan Pak Edi. Juga perasaan seluruh karyawan di kantor cabang maupun yang di kecamatan. Pastilah, suasana di hari-hari terakhir bertugas, semuanya menjadi terharu.

Bulan Oktober 2017, Pak Edi mulai bertugas di Berau. Ia langsung melakukan terobosan besar. Saya beberapa kali bertemu di warung kopi. Kami memang sudah janji, tak ada pertemuan formal di kantor.

Di warung kopilah, saya bersama Pak Edi berbincang bagaimana mengarahkan dana CSR yang dimiliki kantornya. Ia ingin yang monumental dan seiring dengan apa yang dikembangkan kabupaten. Tentu pertimbangan di mana komunitas nasabahnya berada.

Dan kami sepakati di kecamatan Bidukbiduk. Saat itulah, Pak Edi mengerahkan semua inspirasinya. Menghadirkan ‘Teras Nusantara’ di Teluk Sulaiman. Menambah pintu gerbang sekitar Labuan Cermin. Juga membuat landmark di Pulau Kaniungan.

Saat itu, wajah Bidukbiduk jadi berubah. Ada semangat warganya. Di awal, pusat kuliner yang kumuh, menjadi sempurna setelah dibangun permanen. Juga semangat Pulau Kaniungan usai landmark terpasang.

“Apalagi, Pak Sikra,” kata Pak Edi. Sambil menikmati kopi Aceh di Tepian Jalan Pulau Derawan. Saya memberikan beberapa alternatif. Seperti di Tanjung Batu, Kecamatan Pulau Derawan. Di Pantai Ulingan atau di Talisayan.

Pak Edi rupanya mengikuti rencana pengembangan Pulau Maratua bekerja sama dengan Seychelles. “Teras Nusantara hadir di pulau terluar,” kata Pak Edi. Artinya, pilihan selanjutnya di pulau Maratua. Oke, deal.

Sama dengan yang dilakukan di Bidukbiduk. Pak Edi juga menghadirkan ‘Teras Nusantara’ yang bisa dimanfaatkan warga dan wisatawan. Lokasinya di tepi laut. Pilihan lokasi Pak Edi juga hebat. Tak jauh dari dermaga kampung. Lengkap dengan landmarknya.

Pulau Maratua memang salah satu ikon wisata bahari saat sekarang.  Popularitasnya, melampaui popularitas Pulau Derawan. Jumlah pengunjung wisatawan mancanegara juga banyak. Dan, Pak Edi bersama BRI sudah menghadirkan sesuatu yang lain di Maratua.

“Apalagi, Pak Sikra,” kata Pak Edi. Kali itu perbincangan di warung kopi Hoky. “Apa lagi ya?” kata saya.

Saya menyampaikan di sepanjang Jalan Pulau Derawan, jumlah warga yang mengunjungi pusat kuliner jalanan itu, belum ada sesuatu yang bisa jadi tempat selfi. Belum punya landmark.

Perbincangan di Hoky itu, kok tiba-tiba tercetus usia tugas Pak Edi di Berau. Ia hanya senyum-senyum. “Sudahlah, tidak usah pikirkan itu,” kata dia. Saya yang jadi pikiran. Kalau Pak Edi pindah, lalu siapa teman diskusi saya untuk mempercantik wajah kota. Walau hanya sedikit.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Dishub PPU Desak Pemprov Bangun Terminal Tipe B

Sabtu, 27 April 2024 | 10:30 WIB

DPRD Berau Soroti Ketahanan Pangan

Sabtu, 27 April 2024 | 08:57 WIB

Kampus dan Godaan Rangkap Jabatan

Sabtu, 27 April 2024 | 08:44 WIB

Camat Samboja Barat Tepis Isu Dugaan Pungli PTSL

Kamis, 25 April 2024 | 18:44 WIB

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB
X