Pulang Kosong

- Rabu, 15 Januari 2020 | 11:47 WIB

MASIH ingat KM Tanjung Perkasa? Kapal ini punya sejarah panjang dalam memenuhi berbagai kebutuhan pokok warga. Ia menjadi satu-satunya harapan. Tak berlayar dalam sebulan saja, kebutuhan bahan pokok akan goyah.

Kapal ini juga yang menyibukkan Pak Atai. Pedagang besar yang semua barang dagangannya diboyong oleh Tanjung Perkasa dari Surabaya. Ketika kapal sandar di pelabuhan, menjadi hari-hari yang menyibukkan bagi Pak Atai.

Ia pekerja keras.  Saya sudah mengenalnya saat ia masih bujangan. Ketika masih lincah dengan motor merahnya berkeliling mengunjungi pelanggannya. Ia lebih suka naik motor.  Padahal, ada mobil terparkir di rumahnya di Jalan SA Maulana.  Samping kantor Bank BRI.

Bila menghitung jasa, terlepas ia sebagai pengusaha, Pak Atai punya kontribusi  besar dalam penyediaan bahan kebutuhan masyarakat. Ia jadi tolok ukur posisi stok barang. Kalau Pak Atai bilang ‘aman’, maka tak usah diragukan lagi.

Menjelang Natal dan Lebaran, toko dan gudang miliknya juga jadi sasaran kunjungan. Untuk memastikan benar kah menjelang Lebaran dan Natal posisi persediaan barang cukup.

Masa-masa menyibukkan bagi Atai perlahan berbagi. Kini sebagian besar barang kebutuhan datang tak lagi tercurai. Tapi dalam peti kemas. Ada perusahaan yang masuk di sektor jasa ini. Mendampingi usaha yang sudah ditekuni Pak Atai puluhan tahun itu.

Masuknya kapal yang membawa peti kemas atau kontainer lebih membuat warga nyaman. Tak khawatir lagi kekurangan persediaan kebutuhan. Ini yang sering disampaikan Pak Presiden, program Tol laut.

Lihatlah, kendaraan berat yang mengangkut peti kemas lalu-lalang di jalan raya. Karena lokasi penumpukannya tidak dalam kawasan pelabuhan. Harus diangkut keluar kawasan. Dan jaraknya lumayan jauh.

Ada perbedaan. Barang yang diangkut terurai, dibanding dalam peti kemas. Kualitas barang terjamin. Proses penurunan dari kapal juga berlangsung cepat. Barang kiriman bisa diterima lebih awal.  Juga persediaan barang tak ada ruang yang kosong.

Bukan hanya kebutuhan sembako.  Peti kemas bisa membawa barang apa saja yang cocok untuk ukuran peti kemas. Mobil juga bisa dikirim lewat jasa peti kemas. Diperkirakan setiap bulan masuk sekitar 1.500 peti kemas. Bisa lebih.

Ada sedikit kendala dalam proses pelayanan. Kita tidak tahu, bagaimana kondisi jembatan ke arah Sambaliung dan Gunung Tabur. Ada rencana pelabuhan peti kemas ditempatkan di sekitar Kampung Gurimbang. Yang punya PT Pelindo.

Lahannya cukup luas. Juga di luar kawasan pelabuhan. Dilengkapi kawasan penumpukan peti kemas yang memadai. Untuk ukuran peti kemas  sebesar apapun, bisa tertampung. Memang repot, karena lebar jalan yang dilalui tidak terlalu luas. Khususnya di arah Kampung Bangun.

Volume kendaraan juga cukup padat. Ini salah satu dari sekian banyak persoalan dalam pelayanan jasa peti kemas.

Saya berpikir yang penting kebutuhan masyarakat bisa dengan mudah didapatkan. Suatu saat nanti, juga akan berdampak pada harga jual. Dibanding daerah lain, Berau masih terbilang harga jual beberapa komoditas cukup tinggi. Padahal sudah dilayani peti kemas.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Safari Ramadan Kukar, Serahkan Manfaat JKM

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:29 WIB
X