SOAL tempat tak jadi masalah. Di manapun boleh. Tempat tertutup atau terbuka, juga sah. Di pinggir jalan sekalipun, bila itu tempat yang nyaman, kenapa tidak. Silakan saja.
Semua tempat yang ada di Berau, di pelosok manapun, adalah destinasi wisata. Begitu cara menjualnya. Bukan hanya Pulau Maratua dan Pulau Derawan serta lokasi wisata lainnya yang mendapat sebutan destinasi wisata. Warung kopi juga salah satu destinasi.
Mengapa pariwisata di Banyuwangi begitu pesatnya. Itu karena komitmen yang tinggi semua warganya. Bupati Banyuwangi bahkan menyebut, semua Organisasi Perangkat Daerah (OPD) juga sebagai dinas pariwisata. Semua kegiatan, apapun itu, adalah atraksi wisata. Dan semua tempat, adalah destinasi wisata.
Jadi, kalau saya terlihat di tepi jalan sambil ngumpul dan berbincang dengan banyak orang, itu bagian dari aktivitas wisata. Juga terlihat sambil menikmati makan malam di warung tenda, itu juga adalah aktivitas wisata.
Sore kemarin (7/2), adalah kunjungan yang kesekian kalinya di Warung Kopi (Warkop) Pagi-Sore. Warung yang saya sebut, warung ‘0618’. Atau warung ‘12 jam’. Karena hanya buka pagi hingga sore.
Agak istimewa. Bisa jadi setelah catatan saya dibaca teman-teman, sehingga tanpa janjian, jumpa di tempat itu lagi. Tak ada dress code. Pakai kaos oblong pun jadi, seperti yang dikenakan Ketua DPRD Berau Madri Pani. Juga kaos oblong yang dipakai Pak Andi Amir anggota DPRD dari Fraksi Partai Golkar.
Outfit Pak Wakil Bupati Berau, Agus Tantomo, juga baju santai. Apalagi saya, yang datang dengan Kaos oblong plus celana pendek. Toh berkumpul bukan untuk pemilihan busana terbaik. Yang ingin dinikmati, adalah rasa kopi buatan Mas Teguh. Juga ada pembicaraan santai tapi kualitas tinggi.
Banyak juga komunitas yang ikut ngopi sore. Tak ada pembicaraan sebelumnya untuk bertemu. Seperti halnya dalam sebuah kehidupan yang selalu penuh dengan kejutan. Semua tidak terduga. Makanya, jangan pernah lelah untuk mengingatkan.
Kita semua minum kopi. Pak Agus Tantomo, Pak Madri Pani, Pak Andi Amir, juga ada mantan Kadishut Berau. Tak ada yang membahas soal rasa kopi. Memang tak ada alasan untuk membahasnya.
Karena berlangsung di tepi jalan yang padat lalu lintas, pembicaraan sering terhenti untuk memberikan penghormatan pada warga yang kebetulan kenal dan melintas di jalan. Saya bisa melambai seseorang. Pak wabup juga demikian. Pak Amir dan Pak Madri apalagi. Memang jadi perhatian publik. Dan itu mengasyikkan.
Pak Amir bicara soal bagaimana perkembangan di daerah pemilihannya, di wilayah pesisir. Ia mengaku akan lebih sering turun ke lapangan bersama OPD. Agar OPD lebih banyak menyerap dan mendengar langsung suara rakyatnya.
Pak Madri Pani, juga bicara bagaimana kesibukannya selaku ketua DPRD, yang harus banyak mendengar dan menyuarakan. Sebagai wakil rakyat, memang harus lebih sering bersuara. Suara yang nyaring sekalipun. Bahkan sangat nyaring. Sebab, semua bermuara pada kepentingan seluruh masyarakat.
Selaku Eksekutif, Pak Agus Tantomo juga banyak mendengar. Termasuk mendengar ‘suara nyaring’ itu. Pertemuan informal Pak Madri Pani, Pak Agus, dan Pak Amir, mereka adalah sparing partner. Di luar ring, adalah tim yang Harmonis. Di arena ring, mereka adalah lawan yang benar-benar lawan.
Saya menjadi pendengar yang sangat setia. Sesekali ikut nimbrung melengkapi pembicaraan mereka. Ada yang seru dan begitu nampak wajah seriusnya. Ada yang tertawa lepas, begitu terlihat tak ada beban.