Kampus Hercules

- Selasa, 11 Februari 2020 | 13:33 WIB
MAKAN SIANG: Penulis membawa dua tas di tangan. Tas plastik itu berisi buah-buahan, menu makan siang Hercules dan Nigel Popi.
MAKAN SIANG: Penulis membawa dua tas di tangan. Tas plastik itu berisi buah-buahan, menu makan siang Hercules dan Nigel Popi.

LUASNYA 1,5 hektare. Lokasinya di tengah sungai. Di tengah arus deras sungai Kelay. Pulau kecil yang saya sebut ‘Kampus’ teman-teman di  Centre For Orang Utan Protection (COP). Dihuni dua orang utan dewasa. Satu namanya Hercules. Satunya lagi Nigel Popi.

Saya sebetulnya ingin menjumpai Cola. Orang utan yang lama menetap di Thailand, dan kini menjadi salah satu ‘siswa’ di kampus orang utan di Kampung Merasa, Kelay. Kampus yang terpisah dengan Hercules dan Nigel Popi.

Menjenguk ‘kampus’ Cola harus menjalani berbagai prosedur. Tak semudah mengunjungi Hercules yang bisa dipandang dari jauh sambil naik perahu Ketinting. Apalagi sekarang musim coronavirus, penjagaan Cola dan teman-teman se-‘kampus’-nya semakin diperketat.

Hanya ingin melihat bagaimana pertumbuhan badannya. Bagaimana kesehatannya. Juga bagaimana ia bisa memahami bahasa para ‘dosen’ pembimbingnya. Apa sudah bisa mengerti  berbahasa Indonesia. Atau masih melekat bahasa ibunya, yang kelahiran Thailand.

Tak apa. Saya juga dapat kabar dari Mas Linus, Cola baik-baik saja. Moga saja tumbuh dewasa dan sehat dalam perawatan, sebelum dilepasliarkan di ‘mega kampus’ nanti di hutan Lesan.

Nafas saya belum sepenuhnya normal, usai memanjat tebing bukit tembakau. Lutut saya sesekali bergetar. Entah karena capek atau bergetar karena lapar.

“Kita melihat pusat rehabilitasi orang utan,” kata Mas Linus.

Pulau kecil yang disebut kampus itu hanya ada dua penghuninya. Orang utan yang sudah beranjak dewasa. Ciri-ciri dewasa ada pada wajah yang dihiasi Cheekpad dan usianya di atas 15 tahun.

Dua orang utan bertubuh besar berbulu. Namanya Hercules dan Nigel Popi. Orang utan jantan yang lahir tahun 2006, kabarnya ‘bos’ dari tiga orang utan lainnya. Yakni Antak, Nigel dan Oki berada dalam enclosure. Sebelum ke ‘kampus’ barunya di Merasa, Hercules dan Nigel adalah penghuni ‘kampus’ Kebun Raya Universitas Mulawarman Samarinda (KRUS). Hercules terkesan pemalu.

Sebaliknya Nigel yang tahun 2008, orang utan terpintar dalam membuat kandang dan mencari makanan ketika sekolah di hutan. Ia juga Orang utan yang paling tinggi daya jelajahnya dibanding ketiga temannya di KRUS.

Nama Nigel berasal dari nama seorang dokter hewan sekaligus pendiri organisasi OVAID yaitu drh. Nigel Hicks. OVAID adalah organisasi yang banyak membantu pusat rehabilitasi orang utan COP Borneo di bidang medis.

Hercules dan Nigel Popi yang sekarang berada di kampus salah satu pulau kecil di Sungai Kelay, kampung Merasa. Kampus yang menjadi rehabilitasi bagi orang utan. Melihat tingkahnya sejak berada di KRUS hingga di kampus barunya, sepertinya Hercules akan menjadi penghuni tetap. Istilah saya dulu jadi ‘mahasiswa’ abadi.

Sebelum melihat Hercules dan Nigel, saya bersama Pak Agus Tantomo berkunjung ke pondok pengawasan orang utan. Berseberangan dengan kampusnya Hercules dan Nigel.

Rumah kayu yang teduh dan nyaman. Di keliling pohon cokelat, serta ada 5 pohon langsat yang sudah berbuah. Dua minggu lagi, kalau kembali ke tempat ini, langsatnya sudah bisa dipanen. Juga ada buah Duku.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Camat Samboja Barat Tepis Isu Dugaan Pungli PTSL

Kamis, 25 April 2024 | 18:44 WIB

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB

Pemkot Balikpapan Didesak Fasilitasi Pom Mini

Kamis, 25 April 2024 | 10:00 WIB

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB
X