Sungai Ketujuh

- Kamis, 13 Februari 2020 | 15:11 WIB
KEMAH: Inilah salah satu gosong bebatuan (kersik) yang ada di alur sungai Kelay. Tempat ini bisa dimanfaatkan untuk kegiatan berkemah.
KEMAH: Inilah salah satu gosong bebatuan (kersik) yang ada di alur sungai Kelay. Tempat ini bisa dimanfaatkan untuk kegiatan berkemah.

PERNAH berkunjung ke pasar terapung Sungai Martapura Lok Baintan? Konvoi perahu yang umumnya dilakoni emak-emak. Mereka berjualan mulai sayur hingga Soto Banjar. Karena kegiatan dimulai sejak pagi jam 06.00 Wita, mengunjungi tempat ini pun harus bergerak lebih awal.

Saya pernah ke tempat ini. Bangunnya sebelum azan Subuh berkumandang. Usai Salat Subuh, bergerak menuju lokasi. Melewati bagian belakang rumah penduduk yang juga baru bangun. Emak-emak yang berjualan, kompak menggunakan pakaian khas.  Ditambah tutup kepala (Tanggui) yang sama. Hanya beda warna.

Pasar Apung Lok Baintan, salah satu dari enam wisata sungai yang ada di Indonesia. Bali, ada namanya Sungai Ayung, yang kita bisa menikmati kenikmatan Spa di tepi sungai. Sungai Kampar di Riau. Sungai Musi, Sumatera Selatan, Sungai Nimanga di Sulawesi Utara. Sungai Mahakam di Samarinda, juga mulai dikenal.

Berau sebetulnya juga bisa masuk dalam kelompok itu. Berperahu sepanjang Sungai Segah hingga ke Sungai Berau. Melihat aktivitas masyarakat di tepi sungai, dan bila beruntung bisa menyaksikan komunitas Bekantan yang bertengger di pohon, pagi dan sore hari. Tinggal mengatur waktunya.

Seharian saya berada di Kampung Merasa, Kecamatan Kelay. Kampung yang sudah berkali-kali saya kunjungi. Berkali-kali pula saya dibuat kagum. Ketika musim tanam padi, kampung jadi sepi. Juga saat mereka gembira menghadapi panen. Kampung juga jadi sunyi. Di kala pesta meja panjang digelar, ramainya bukan main.

Warga datang dari berbagai penjuru. Warga Merasa yang tinggal di Tanjung Redeb maupun yang ada di Samarinda dan Bulungan, rasanya mereka wajib pulang kampung.

Begitu suasananya, berada di Kampung Merasa. Pintu rumah tertutup rapat. Ada juga tetap beraktivitas berjualan. Sama, bila datang di hari Minggu, hari yang khusus bagi warga. Semua menuju Gereja.

Saya datang hari Sabtu. Jam 10.00 pagi. Sunyinya masih terasa. Saya tanya Mas Linus, ke mana Mba Uci? katanya sedang sibuk di sekolah. Yang lainnya sedang ke ladang. Saya harus mengalah. Dan, menikmati Kampung Merasa yang tidak biasanya.

Kampung berada di tepi Sungai Kelay. Sungai yang kadang-kadang  tak ramah, bila sedang ‘marah’. Saat saya tiba, arusnya tidak terlalu deras. Tapi tetap bisa menghanyutkan. Sungai yang menjadi urat nadi masyarakat. Sungai yang menjadi kehidupan mereka.

Saya lalu berpikir. Kalau di Indonesia ada enam sungai yang menarik untuk wisata, maka Sungai Kelay di Merasa bisa jadi sungai yang ketujuh. Punya alasan yang kuat menjadikan sebagai destinasi terkenal.

Enam sungai yang saya sebutkan itu, tak ada pemandangan yang unik dan masih alami. Kecuali di Sungai Martapura, dengan ‘Pulau Kembang’ yang dihuni banyak monyet.

Budaya dan keindahan alam yang ada di Kampung Merasa, menjadi potensi yang besar untuk dikembangkan.

Memang harus dimulai. Tak perlu menunggu semua infrastruktur pendukung tersedia. Memulai dengan paket keseniannya. Menyediakan angkutan perahu ketinting versi desain wisata, untuk digunakan pengunjung.

Atraksi di Kampus Hercules dan Nigel dengan cerita yang menarik, walaupun hanya berlangsung beberapa menit, itulah saat yang ditunggu-tunggu. Dimana kedua orang utan itu menunggu tibanya jadwal makan santap siang.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Camat Samboja Barat Tepis Isu Dugaan Pungli PTSL

Kamis, 25 April 2024 | 18:44 WIB

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB

Pemkot Balikpapan Didesak Fasilitasi Pom Mini

Kamis, 25 April 2024 | 10:00 WIB

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB
X