Gelombang Picu Adrenalin, Penunjang Pariwisata Jadi Usulan Prioritas

- Sabtu, 15 Februari 2020 | 19:26 WIB
LESEHAN: Ketua DPRD Kaltim Makmur HAPK, didampingi Camat Maratua Marsudi, saat menggelar reses di Maratua, kemarin (14/2).
LESEHAN: Ketua DPRD Kaltim Makmur HAPK, didampingi Camat Maratua Marsudi, saat menggelar reses di Maratua, kemarin (14/2).

Pulau Maratua merupakan salah satu pulau terluar di Indonesia. Berbatasan dengan negara tetangga Filipina, Maratua juga menjadi salah satu destinasi wisata andalan yang sudah terkenal di mancanegara. Tak heran, saat Ketua DPRD Kaltim Makmur HAPK menggelar reses, masyarakat banyak mengusulkan pembangunan fasilitas penunjang pariwisata, termasuk pemenuhan kebutuhan dasar di Maratua.

YUDHI PERDANA, Maratua

Hari ketiga kegiatan reses Ketua DPRD Kaltim Makmur HAPK, Jumat (14/2), menghadirkan cerita berbeda. Perjalanan menuju kecamatan tempat reses digelar, tak lagi ditempuh dengan menyisir aspal hitam ruas jalan. Sebab, reses digelar di Kampung Payung-Payung, Maratua.

Seperti biasa, perjalanan harus ditempuh menggunakan speedboat menyusuri sungai dan laut. Tapi, perjalanan kemarin, sangat membangkitkan adrenalin. Jika biasanya waktu tempuh dari Tanjung Redeb ke Maratua sekitar tiga jam, speedboat milik Green Nirvana Resort yang ditumpangi rombongan, melaju kencang memecah gelombang. Memang, waktu tempuh bisa lebih singkat menjadi dua jam. Tapi sebagian rombongan, khususnya para perempuan, dibuat harap-harap cemas. Guncangan keras saat menghantam gelombang, membuat jaket pelampung yang tersedia, tak pernah jauh dari jangkauan.

Ketegangan rombongan baru mereda saat daratan Maratua sudah nampak di depan mata. “Alhamdulillah, sampai juga,” celetuk Elly, staf DPRD Kaltim yang selama perjalanan memang tak bisa tenang karena tingginya gelombang.

Sekitar pukul 12.00 Wita, rombongan sudah tiba di dermaga Green Nirvana. Makmur HAPK bersama rombongan laki-laki, langsung bergegas menuju masjid di kampung, untuk salat Jumat berjamaah. Hidangan makan siang juga sudah disiapkan pengelola resort yang diresmikan Menteri Dalam Negeri Jenderal Tito Karnavian saat masih menjabat Kapolri.

Tak ada waktu untuk beristirahat siang. Walau perjalanan cukup menegangkan, usai makan siang rombongan langsung bersiap, merapikan ruang pertemuan untuk menggelar reses. Apalagi, masyarakat dari Kampung Bohe Bukut, Bohesilian, Payung-Payung, Teluk Alulu, dan Teluk Harapan, sudah mulai berdatangan.

Nuansa kekeluargaan hangat terasa. Masyarakat yang datang, langsung bersalaman dan berbincang sejenak dengan Makmur HAPK. Seperti ingin melepaskan rasa rindu kepada mantan bupati Berau tersebut, yang memang sudah tak bisa lagi setiap saat berkunjung dan bersilaturahmi dengan masyarakat Maratua. Makanya, Makmur langsung berpesan, agar masyarakat tidak perlu sungkan untuk menemuinya. Baik saat berada di Tanjung Redeb maupun saat bertugas di Samarinda. “Rumah saya (rumah dinas Ketua DPRD Kaltim) selalu terbuka untuk masyarakat. Silakan, kalau kebetulan di Samarinda, datang ke rumah di Jalan Basuki Rahmad. Ada foto saya besar di depan rumah, supaya masyarakat tidak terlalu susah mencarinya,” ujar Makmur, demi terjaganya silaturahmi dengan masyarakat walau sudah bertugas di ibu kota.

Selain Makmur dan rombongan, juga nampak Camat Maratua Marsudi, para kepala kampung, Badan Permusyawaratan Kampung (BPK) ketua RT, serta tokoh-tokoh masyarakat Maratua, memenuhi gedung pertemuan tempat reses digelar.

Sebagai pembuka, Camat Maratua Marsudi menyampaikan bahwa persoalan air bersih masih menjadi kendala utama di wilayah kepemimpinannya itu. Sebab, hanya di Kampung Teluk Harapan yang merupakan ibu kota kecamatan. “Maunya kami di setiap kampung juga bisa dipenuhi (kebutuhan air bersih), sebab itu memang kebutuhan dasar masyarakat,” katanya.

Sementara untuk penunjang pariwisata, Marsudi mengungkapkan perlu kegiatan pembangunan dari berbagai sektor. Seperti bidang kesehatan. Menurutnya di Maratua juga sangat membutuhkan hiperbarik sebagai penunjang aktivitas penyelaman. Ya, Maratua memang terkenal dengan keindahan bawah lautnya. Banyak wisatawan lokal dan mancanegara yang sengaja ke Maratua untuk ‘menyapa’ ribuan spesies ikan dan biota laut lainnya di dasar pulau terluar itu.

“Itu demi keselamatan wisatawan, jangan sampai ada yang dekompresi,” katanya. Dekompresi sendiri terjadi karena tubuh mendapat perubahan tekanan air atau udara yang terlalu cepat. Hal itu membuat nitrogen dalam darah membentuk gelembung yang menyumbat pembuluh darah dan jaringan organ, yang sering dialami para penyelam.

Selain itu, penambahan tenaga kesehatan di Puskesmas Maratua juga dirasa mendesak. “Kami juga butuh spesialis penyakit dalam pak. Siapa tahu bisa diperjuangkan melalui provinsi,” lanjut camat.

Masih kaitannya dengan pengembangan pariwisata, Marsudi juga mengharapkan Pemprov Kaltim bisa membantu pengembangan Bandara Maratua. Terutama perpanjangan runway atau landasan pacu. “Supaya bisa didarati pesawat berbadan lebar, agar makin banyak alternatif transportasi bagi wisatawan ke Maratua,” terangnya.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB

Stadion Batakan Segera Dilengkapi Lapangan Latihan

Selasa, 23 April 2024 | 13:22 WIB

BPKAD Proses Hibah Lahan Perum Bumi Sempaja

Selasa, 23 April 2024 | 10:00 WIB

SIC Bersedia Biayai Waterfront City

Selasa, 23 April 2024 | 08:30 WIB

Lima SPBU di Kutai Barat Wajibkan QR Barcode

Senin, 22 April 2024 | 20:00 WIB
X