GUNUNG TABUR – Warga Komunitas Adat Terpencil (KAT) di Kilometer 2 Kampung Sambakungan sudah sangat akrab dengan hutan, berbagai kekayaan di dalamnya pun dimanfaatkan untuk menyambung hidup, baik untuk dikonsumsi langsung bersama keluarga maupun dijadikan mata pencarian.
Ketua RT 06 Ilham, sebanyak 30 kepala keluarga di sana memanfaatkan hutan untuk berburu madu, untuk mencarinya warga harus berjalan kaki selama 3 jam lebih dulu, menuju lokasi pengambilan madu.
Jarak itu merupakan hal yang biasa bagi para pemburu, termasuk untuk mengambil madu di atas pohon yang umumnya paling rendah 50 meter hanya dengan mengandalkan rotan untuk membantu memanjat.
“Biasanya mereka memanjat saat malam hari, tidak ada alat modern untuk membantu warga di sini mencari madu, paling hanya menggunakan asap utnum untuk mengusir ratu lebahnya,” katanya.
Dalam setahun terangnya, warga dapat menghasilkan 5 ton madu di mana setiap liternya dihargai Rp 200 ribu. Lanjutnya juga, selain berburu madu di hutan juga banyak sekali yang dapat didapatkan warga untuk mencari nafkah.
Untuk itu dirinya turut mengajak agar seluruh pihak menjaga kelestarian hutan khususnya yang ada di Bumi Batiwakkal –sebutan Kabupaten Berau.
Di hutan itulah kami mencari nafkah. Anak kami bisa bersekolah. Karena itu mari kita jaga kelestarian hutan. Karena alam memberikan semuanya secara gratis,” ucapnya. (*/hmd/sam)