Corona Konro

- Selasa, 18 Februari 2020 | 15:45 WIB

HEBOH awal berjangkitnya Coronavirus di Wuhan,  Provinsi Hubei, juga membuat kedutaan besar RI di Tiongkok ikut gelisah. Ada 238 warga negara Indonesia (WNI) umumnya mahasiswa berada di kota tersebut. Mau meninggalkan Wuhan, bandara dinyatakan ditutup.

Diplomasi pun berjalan. Akhirnya seluruh mahasiswa di Wuhan dan sekitarnya berhasil dibawa keluar dan menjalani proses observasi di Pulau Natuna. Hanya dua pekan. Setelah itu, mereka pun dipulangkan ke kampung halamannya masing-masing.

Dari 238 mahasiswa itu, ada 20 orang mahasiswa asal Kalimantan Utara. Dari Tarakan 8 orang, Nunukan 7 Orang, Tanjung Selor 3 orang dan Malinau 2 orang. Semua dalam kondisi baik. Ada empat mahasiswa menampilkan swafoto bersama  Rita Ratina Irianto, istri Gubernur Kaltara. Wajahnya cerah ceria.

Saya berusaha cari tahu, apakah ada mahasiswa atau setidaknya anak dari warga Berau yang berdomisili di Wuhan ataupun di dalam wilayah Tiongkok.

Seingat saya, teman yang tinggal dan berjualan makanan di Jalan Durian II Tanjung Redeb, pernah bercerita kalau anaknya menuntut ilmu di salah satu perguruan tinggi di Tiongkok.

Kata teman saya itu, putrinya sudah lulus. Ia memilih tidak pulang ke Berau berkumpul dengan orangtuanya. Ia dapat tawaran bekerja di perusahaan besar di Tiongkok. Sejak merebaknya virus Corona, belum dapat berita apakah anaknya ‘terpaksa’ pulang, atau tetap tinggal di Tiongkok.

Yang menarik bahwa usai melewati masa observasi di Pulau Natuna dan kembali ke kampungnya masing-masing, Dubes RI di Tiongkok dan Mongolia, Djauhari  Oratmangun, melakukan video call bersama mahasiswa yang ada di Natuna sehari sebelum pulang.

Djauhari melihat wajah ceria dari mereka yang terbang dari Bandara Natuna menuju Bandara Halim Perdanakusuma. Kegembiraan sang Dubes terpancar setelah melakukan pembicaraan lewat video call di mana mereka selama menjalani observasi hasilnya dinyatakan negatif.

“Salam hangat dari Beijing, kelak kita akan makan sup Konro sama-sama di Wuhan,” kata Pak Dubes.

Pak Dubes juga menjanjikan makan sup buntut di Beijing kepada lima anggota KBRI yang ikut ke Natuna dan akan kembali ke Tiongkok.

Mengapa memilih menu sup Konro? Bukankah 17 mahasiswa asal Sulawesi Selatan yang juga ikut diobservasi di Natuna, ketika pulang ke kampung halamannya, sudah lebih dahulu menikmati sup Konro.

Mungkin juga, Pak Dubes Djauhari Oratmangun yang kelahiran Kampung Beo, Kecamatan Talaud Sulawesi Utara, juga suka sup Konro. Sehingga spontan menawarkan sup Konro kepada para mahasiswa setelah situasi kembali normal dan pulang ke Wuhan.

Bukankah di Wuhan banyak masakan halal yang tersedia di kawasan kuliner. Saya sering menyaksikan di Youtube, seorang mahasiswa asal Aceh, Muhammad Hanif, yang sering tampil dengan menikmati santapan halal dan nyaman di Wuhan. Terutama menu mi yang memperlihatkan proses pembuatan mi sebelum disantap.

Atau ingin mempromosikan salah satu menu terkenal, yang tampilannya memang ekstrem tulang berbungkus daging, tapi rasanya luar biasa.  Sarat bumbu bisa melawan udara dingin di Wuhan.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB

Stadion Batakan Segera Dilengkapi Lapangan Latihan

Selasa, 23 April 2024 | 13:22 WIB

BPKAD Proses Hibah Lahan Perum Bumi Sempaja

Selasa, 23 April 2024 | 10:00 WIB

SIC Bersedia Biayai Waterfront City

Selasa, 23 April 2024 | 08:30 WIB

Lima SPBU di Kutai Barat Wajibkan QR Barcode

Senin, 22 April 2024 | 20:00 WIB
X