GUNUNG TABUR – Dua kali mengalami kegagalan, tidak membuat Akimi, salah seorang petani asal Kampung Tasuk, Kecamatan Gunung Tabur, menyerah.
Jutaan rupiah yang sudah dihabiskan untuk menanam padi sejak 2018, tidak membuatnya patah arang, untuk terus menanam padi di lahan miliknya seluas sekitar 2 hektare.
“Memang tahun 2018 sempat dapat hasil, cuma 300 kilogram. Kalau hitungan normal dengan luasan padi yang saya tanam, harusnya hasilnya sekitar 1 ton. Jadi tetap saja gagal panen,” ujarnya kepada Berau Post, Selasa (3/3).
"Ini sudah percobaan yang ketiga kalinya, karena sebelum-sebelumnya, tidak berhasil, gagal panen," sambungnya.
Dikatakannya, ada beberapa faktor yang membuatnya gagal panen. Seperti, sawahnya yang mengalami kebanjiran, hingga serangan hama.
"Untuk total kerugiannya belum saya jumlahkan. Yang jelas, untuk menyewa traktor saja itu sudah memakan biaya Rp 1,2 juta. Belum lagi bibit dan pupuknya," katanya.
Di sisi lain, bantuan-bantuan dari pemerintah yang bisa meringankan bebannya, belum juga didapatkan. "Belum pernah sama sekali ada bantuan. Bantuan pupuk subsidi juga belum sama sekali saya terima. Selama ini saya belinya di koperasi," terangnya. Tapi dari sisi pembinaan, diakuinya penyuluh pertanian dari Pemkab Berau terus berjalan.
Dirinya memang mengakui belum bergabung dalam kelompok tani. Tapi, dirinya pernah diajak bergabung, bahkan sudah dimintai KTP dari pengurus kelompok tani di kampungnya. “Tapi mungkin karena lahan saya berjauhan, mungkin itu kemungkinannya saya tidak jadi masuk dalam kelompok tani,” pungkasnya. (*/oke/udi)
