Gantung Diri Pengakhir Depresi

- Kamis, 12 Maret 2020 | 12:58 WIB
AKHIRI HIDUP: Aparat kepolisian mengeluarkan jasad korban untuk dibawa ke RSUD dr Abdul Rivai kemarin.
AKHIRI HIDUP: Aparat kepolisian mengeluarkan jasad korban untuk dibawa ke RSUD dr Abdul Rivai kemarin.

TANJUNG REDEB – Suasana tenang di lingkungan permukiman Gang Kelapa II, Jalan Gatot Subroto, Rt 10 Kelurahan Sei Bedungun, Tanjung Redeb, seketika berubah. Warga setempat seketika dibuat geger, mendengar informasi aksi gantung diri yang dilakukan FT (23), salah satu penghuni rumah bangsalan di Gang Kelapa II, sekira pukul 16.20 Wita, Rabu (11/3).

Rintik hujan yang turun perlahan, berbanding terbaik dengan situasi di sekitar lokasi penemuan korban. Di dalam rumah bangsalan dua pintu itu, korban mengakhiri hidupnya menggunakan seutas kabel bekas yang melilit lehernya, dan terikat di tiang penyangga pintu dapur.

Ketua RT 10 Sei Bedungun, Muslimin, menyebut korban adalah penghuni baru di lingkungannya. Baru sekitar tiga bulan.

Di rumah bangsalan berwarna hijau itu, korban tinggal bersama keluarganya. Namun saat kejadian, korban hanya berdua dengan keponakannya Ra yang baru berusia 9 tahun. “Orangnya memang pendiam,” katanya saat ditemui di sekitar rumah korban kemarin.

Disebutnya, selama ini korban lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah. Sehingga banyak tetangga yang belum mengenai korban. Bahkan menurut Muslimin, korban dan keluarganya belum melapor diri mengenai kepindahannya di lingkungan RT 10 Sei Bedungun.

Dari informasi yang pernah didengarnya, korban memang punya riwayat penyakit. Namun dia tidak mengetahui penyakit apa yang diderita korban. “Yang saya dengar, (korban) akan operasi lagi besok (hari ini, red),” ucapnya.

Di tempat yang sama, Kapolres Berau AKBP Edy Setyanto Erning melalui Kanit Reskrim Polsek Tanjung Redeb Ipda Taufik Hidayat mengatakan, korban memang menderita wasir atau ambeien. Korban disebutnya, sudah pernah naik ke meja operasi untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut. Namun tak kunjung sembuh. Itulah yang diduga membuat korban akhirnya depresi.  

Dari keterangan Ra yang berada bersama korban sebelum mengakhiri hidupnya, awalnya dirinya diajak korban ke pinggir sungai di sekitar lingkungan tersebut. Di sungai itulah, awalnya korban ingin menceburkan diri untuk mengakhiri hidup. “Namun urung dilakukan karena situasi di sekitar sungai sedang banyak warga,” ujar Taufik.

Melihat banyak orang di sekitar sungai, korban lantas mengajak Ra untuk pulang ke rumah. Ra memang diminta korban untuk menemaninya di rumah. Saat berdua di dalam rumah, korban lantas mempersilakan Ra menggunakan handphone-nya untuk bermain gim. Asyik bermain gim, Ra akhirnya tak memperhatikan apa yang dilakukan korban. “Di rumah itu hanya ada korban dan keponakannya yang berumur 9 tahun,” lanjutnya.

Namun saat makin asyik bermain gim, Ra terkejut mendengar suara orang kesakitan. Dia lantas mengecek sumber suara, dan terkejut melihat korban sudah tergantung di lorong rumah, antara ruang tamu dan dapur.

Ra berusaha menurunkan tubuh korban yang masih tergantung dan sudah kejang. Namun karena dia tidak sampai, akhirnya dia meminta tolong kepada warga sekitar.

“Korban bunuh diri menggunakan kabel listrik. Keponakannya memang dipesankan agar jangan meninggalkan dia. Keponakan korban juga sempat mendengar kata-kata selamat tinggal dari korban,” ungkapnya.

Dari olah TKP yang dilakukan, korban gantung diri dengan melilitkan kabel yang terikat di tiang pintu ke lehernya, lalu melompat dari meja yang sebelumnya menjadi tempat pijakan.

“Korban bunuh diri diduga karena depresi. Tanda-tanda kekerasan di tubuh korban juga tidak ada,” ujarnya.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Camat Samboja Barat Tepis Isu Dugaan Pungli PTSL

Kamis, 25 April 2024 | 18:44 WIB

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB

Pemkot Balikpapan Didesak Fasilitasi Pom Mini

Kamis, 25 April 2024 | 10:00 WIB

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB
X