Soundscape Bandara Kalimarau

- Kamis, 12 Maret 2020 | 21:37 WIB
Whansetiyawan S.Sn, M.Sn
Whansetiyawan S.Sn, M.Sn

(do mi sol do) “Perhatian-perhatian, panggilan kepada penumpang pesawat udara Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ 232 tujuan Balikpapan, yang belum lapor harap segera lapor ke counter check in Sriwijaya Air. Terima kasih” (do sol mi do). Panggilan atau biasa disebut announcement (pengumuman) tersebut sering sekali kita dengan di bandara, baik di Berau maupun di bandara kota-kota lain. Selain announcement tersebut juga banyak bunyi-bunyi lain yang kita dengar di Bandara Kalimarau. Seperti suara mesin x-ray ketika akan masuk ke terminal, suara orang yang sedang mengobrol dan bekerja, suara mesin pesawat ATR yang siap berangkat, suara conveyor bagasi, juga suara musik khas Kalimantan yang diputar di pengeras-pengeras suara yang tersebar di bandara. Kurang lebih itulah bunyi-bunyi atau soundscape yang dapat kita dengar ketika kita berada di Bandara Kalimarau.

Istilah soundscape berasal dari dua kata. Yaitu sound dan scape. Sound artinya suara atau bunyi, sedangkan scape merupakan singkatan dari landscape, artinya pemandangan. Kata sound apabila ditambah dengan scape menjadi soundscape, artinya pemandangan yang berupa suara atau bunyi.

Istilah ini muncul baru saja. Hasil renungan seorang komponis Kanada, Murray Schafer, dalam bukunya yang berjudul “Ear Cleaning”, yang diterbitkan pada tahun 1967.

Istilah pemandangan bunyi mungkin aneh bagi orang Indonesia khususnya Berau. Pemandangan bunyi (soundscape) membahas bagaimana suara-suara itu mengambil konteks suara dalam suatu lingkungan. Soundscape Bandara Kalimarau berarti segala fenomena bunyi yang dapat didengar di lingkungan Bandara Kalimarau.  

Berbeda dengan bandara-bandara di kota lain, Bandara Kalimarau menyajikan soundscape musik etnik dengan balutan modern yang dimainkan secara live. Ketika kita memasuki terminal kedatangan, kita akan disambut dengan permainan alat musik sampe (alat musik tradisi dari suku Dayak) yang dipadukan dengan alat musik barat yaitu gitar dan biola. Lagu-lagu yang dimainkan merupakan lagu-lagu daerah Berau dan lagu pop. Musik di terminal kedatangan ini memberikan pemandangan yang unik untuk telinga penumpang yang datang di Bandara Kalimarau. Begitu banyak cara penumpang merespons musik yang dimainkan. Pada umumnya penumpang dari luar negeri merasa kagum dengan musik yang dimainkan. Karena rata-rata mereka belum pernah mendengar musik genre ini sebelumnya. Kebanyakan turis luar negeri mengabadikan musik ini dengan cara memvideokan di smartphone atau melakukan live secara langsung di platform sosial media. Tak jarang mereka ikut berjoget seiring dengan musik yang dimainkan.

Untuk diketahui, musik etnik yang dimainkan secara live di terminal kedatangan ini pertama kali dilakukan di Indonesia, yaitu di Bandara Kalimarau di Berau. Hal ini disampaikan langsung dalam acara malam penghargaan bandara se-Indonesia di Hotel Borobudur Jakarta pada tahun 2018 oleh perwakilan kementrian perhubungan RI. Program ini merupakan kerja sama antara pengelola Bandara Kalimarau dan pelaku musik di Berau secara langsung. Saat ini beberapa bandara mulai mengikuti jejak Bandara Kalimarau dengan memainkan musik etnik secara live di terminal kedatangan maupun keberangkatan. Tujuan utama dari adanya musik ini adalah untuk memberikan hiburan kepada penumpang yang akan mengambil bagasi agar tidak bosan sembari mengenalkan musik etnis yang berkembang di Berau.

Tidak hanya di terminal kedatangan, di terminal keberangkatan juga terdapat satu grup musik akustik yang siap menghibur penumpang yang akan berangkat, sehingga penumpang tidak bosan menunggu keberangkatan di Bandara Kalimarau.

Dalam kesempatan yang berbeda, Mbak Tri Utami atau biasa disebut mba I’i ketika datang ke Berau dan mendengar musik di terminal kedatangan  menyebut musik yang dimainkan dengan sebutan “sound of destination”, menurut beliau musik yang disuguhkan di terminal kedatangan bukan hanya sebagai musik hiburan sambil menunggu penggambilan bagasi.

Lebih dari itu musik ini memberikan penegasan bahwa penumpang yang datang benar-benar sudah berada di Berau, dengan mendengar musik etnis yang dimainkan. Katanya, sebelum melihat pemandangan laut yang indah di Kepulauan Derawan dan Maratua, telinganya sudah terlebih dulu melihat pemandangan musik (soundscape) yang indah dan khas begitu menginjakkan kaki di Bumi Batiwakkal –sebutan Kabupaten Berau). (*/har)

Editor: uki-Berau Post

Rekomendasi

Terkini

Stadion Batakan Segera Dilengkapi Lapangan Latihan

Selasa, 23 April 2024 | 13:22 WIB

BPKAD Proses Hibah Lahan Perum Bumi Sempaja

Selasa, 23 April 2024 | 10:00 WIB

SIC Bersedia Biayai Waterfront City

Selasa, 23 April 2024 | 08:30 WIB

Lima SPBU di Kutai Barat Wajibkan QR Barcode

Senin, 22 April 2024 | 20:00 WIB

SIC Bersedia Biayai Waterfront City

Senin, 22 April 2024 | 16:00 WIB

Pemilik Rumah dan Ruko di Paser Diimbau Punya Apar

Senin, 22 April 2024 | 12:30 WIB
X