Tetap Cari Data Valid, Tak Ingin Lupakan Sejarah Tanah Kelahiran

- Minggu, 15 Maret 2020 | 21:35 WIB
KOTA TUA: Sudut kota Teluk Bayur yang terus dipercantik. Kota ini tak bisa dilepaskan dari sejarah masa penjajahan Belanda di masa lalu.
KOTA TUA: Sudut kota Teluk Bayur yang terus dipercantik. Kota ini tak bisa dilepaskan dari sejarah masa penjajahan Belanda di masa lalu.

Sepekan terakhir, berbagai acara digelar di Teluk Bayur. Penggagasnya adalah Forum Pemuda Teluk Bayur, yang kini selalu menjadi pelopor terdepan dalam berbagai kegiatan yang dilaksanakan di kota tua ini. Lantas apa tujuan dari berbagai kegiatan tersebut?

Endro S. Efendi, Teluk Bayur

 

JARUM jam sudah menunjukkan pukul 23.45 Wita. Namun, Sopian sang ketua Forum Pemuda Teluk Bayur terlihat masih sibuk. Koordinasi dengan beberapa panitia untuk kesuksesan acara yang dihelat selama sepekan itu. 

Bertempat di halaman rumah salah satu pemuda Teluk Bayur, Berau Post bisa berbincang santai, sembari menikmati segelas kopi yang disediakan tuan rumah. Meski hanya duduk di bangku dari potongan kayu dan ban bekas, obrolan tetap mengalir nyaman tak ubahnya berada di hotel berbintang. Justru di tempat ini kami sesekali bisa benar-benar melihat bintang di langit.

“Ya, demi tanah kelahiran. Kami lahir dan besar di sini. Itulah yang membuat kami semangat menggelar acara di sini,” sebut Sopian membuka pembicaraan, Jumat (13/3) malam.

Sopian tidak sendiri. Ia didampingi rekannya Heri Sandi, Adi WIjaya serta Rudi Ashandi yang lebih akrab dipanggil Kunyit. Sembari berbincang dengan Berau Post, sesekali mereka terus koordinasi terkait acara yang sedang berlangsung.

Salah satu yang masih menjadi ‘pekerjaan rumah’ dari Forum Pemuda Teluk Bayur ini adalah, kebenaran data tentang kapan lahirnya Kota Teluk Bayur, yang kini menjadi salah satu ibu kota kecamatan di Kabupaten Berau.

Sekarang ini, yang berkembang di masyarakat adalah Teluk Bayur sudah 108 tahun. “Tapi kalau dilihat sejarahnya, itu bukan ulang tahun Teluk Bayur, tapi pertama kali masuknya perusahaan tambang batu bara dari Belanda ke Berau,” sebut Sopian diamini rekan-rekannya itu.

Perusahaan yang dimaksud adalah Stenkollen Maskapij Parapattan (SMP), yang masuk Berau pada 1912. 

Sopian dan rekan-rekannya mengakui, mendapat data lain bahwa Kota Teluk Bayur itu dideklarasikan pada Agustus 1920 oleh Belanda. Sebab sebelumnya, wilayah ini disebut sebagai Kampung Badewata. Mereka mengaku mendapat informasi dari cucu Aji Rahmatsyah (Almarhum), tetua Teluk Bayur yang juga mengetahui sejarah kota tua ini. 

“Tapi sekali lagi, kami masih harus menelusuri kebenaran data ini. Kalau mau lebih pasti, datanya ada di Belanda. Tapi sudah ada anggota kami yang berkomunikasi dengan salah satu keturunan warga Teluk Bayur yang ada di Belanda. Mudah-mudahan kami bisa segera mendapat data tersebut,” beber Sopian.

Jika merujuk data itu, usia Teluk Bayur saat ini mestinya adalah 100 tahun. “Tapi yang jelas, Teluk Bayur ini adalah kota tua, kota pertama yang ada di Berau. Sebelum adanya Tanjung Redeb, ibu kota Berau sekarang,” imbuhnya.

Berbagai acara yang digelar saat ini, menurut Sopian, diharapkan bisa kembali mengingatkan kepada warga Berau tentang keberadaan Teluk Bayur. Selain itu, diharapkan akan ada penelitian dan penelusuran sejarah yang lebih valid. “Apalagi sejarah Teluk Bayur tidak bisa dilepaskan dari sejarah Berau,” sambungnya. 

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB

Stadion Batakan Segera Dilengkapi Lapangan Latihan

Selasa, 23 April 2024 | 13:22 WIB

BPKAD Proses Hibah Lahan Perum Bumi Sempaja

Selasa, 23 April 2024 | 10:00 WIB

SIC Bersedia Biayai Waterfront City

Selasa, 23 April 2024 | 08:30 WIB

Lima SPBU di Kutai Barat Wajibkan QR Barcode

Senin, 22 April 2024 | 20:00 WIB
X