Bak Mati Suri, Kini Tak Ada Pesanan Cetak Undangan

- Sabtu, 2 Mei 2020 | 02:39 WIB
TAK ADA PESANAN: Kiki tidak lagi menerima pesanan cetak undangan sejak pandemi virus corona. Kini peralatan tempurnya hanya menjadi pajangan dan usahanya sudah tidak berjalan.
TAK ADA PESANAN: Kiki tidak lagi menerima pesanan cetak undangan sejak pandemi virus corona. Kini peralatan tempurnya hanya menjadi pajangan dan usahanya sudah tidak berjalan.

Dampak pandemi virus corona atau Covid-19 yang semakin meluas, juga dirasakan pelaku usaha percetakan undangan. Tak ada pesanan cetak undangan, membuat nasib pemilik usaha kian kesulitan. Jangankan memutar modal, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sudah sulit.

MARTA, Tanjung Redeb

Mesin cetak yang biasa digunakan Kiki untuk mencetak pesanan undangan acara pernikahan, ulang tahun, dan hajatan lain, tampak berdebu. Beberapa peralatan yang sering digunakan seperti pemotong kertas, plastik pembungkus undangan hingga label nama, tampak tersusun rapi di rak. Ada ribuan stok aneka suvenir yang kini hanya bisa dipajang di etalase toko bersama beberapa katalog contoh undangan.

Kini usaha percetakannya seperti sedang mengalami mati suri. Kiki mengaku sudah tidak ada satupun konsumen yang datang untuk memakai jasa cetak undangan maupun membeli suvenir miliknya. Kondisi ini dampak dari pandemi virus corona atau Covid-19.

Selama pandemi Covid-19, pemerintah melarang masyarakat membuat acara yang mengundang keramaian. Termasuk pesta pernikahan atau hajatan lain yang dihadiri banyak orang. Kondisi itu secara langsung mempengaruhi usaha milik perempuan bernama lengkap Kiki Faridah ini.

Bersedih hati, tentu saja dirasakannya. Apalagi usaha percetakan undangan adalah sumber utama penghasilannya saat ini. Bahkan, Kiki mengaku kondisi yang ia alami saat ini seperti mimpi.

Alumni Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Berau ini juga harus merasakan pahitnya kerugian saat ada beberapa konsumen yang tidak melunasi pemesanan undangan maupun suvenir. “Saya tak pernah membayangkan sebelumnya bakal sesepi ini. Bukan hanya sepi, tapi benar-benar mati suri," ujanrya pelan, saat berbincang-bincang dengan Berau Post, Rabu (29/4) lalu.

Sempat ada secercah harapan saat mendengar angin segar pembagian bantuan tunai dari pemerintah. Namun lagi-lagi perempuan berusia 25 tahun ini kembali menelan kekecewaan. Sebab ia ternyata tidak masuk dalam daftar penerima bantuan dari pemerintah. Padahal usaha yang selama ini menopang ekonomi keluarganya terdampak langsung pandemi Covid-19.

Sementara kebutuhan sehari-hari terus mendesak, termasuk cicilan kendaraan yang masih ia tanggung. "Penghasilan dari cetak undangan biasanya buat bayar cicilan, kebutuhan rumah dan lain-lain, termasuk untuk menyetok barang di toko saya. Tapi sejak sebulan lalu sudah tidak ada pemasukan. Kalau ditanya soal bantuan, jujur saja tidak ada sama sekali sampai saat ini," katanya.

Sama seperti pelaku usaha lain yang terdampak pandemi Covid-19, Kiki tidak tahu sampai kapan akan merasakan kehilangan penghasilan. Untuk menyambung hidup serta menunaikan kewajibannya melunasi cicilan, ia masih terus berharap dapat berbuat sesuatu yang menghasilkan uang.

"Saya masih terus berharap ada bantuan dari pemerintah untuk pelaku usaha seperti saya, karena penghasilan saya benar-benar hilang setelah adanya wabah ini. Saat ini saya juga berupaya untuk membuka peluang usaha yang masih bisa dilakukan di tengah pandemi," tutupnya. (*/har/bersambung)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB

Stadion Batakan Segera Dilengkapi Lapangan Latihan

Selasa, 23 April 2024 | 13:22 WIB

BPKAD Proses Hibah Lahan Perum Bumi Sempaja

Selasa, 23 April 2024 | 10:00 WIB

SIC Bersedia Biayai Waterfront City

Selasa, 23 April 2024 | 08:30 WIB

Lima SPBU di Kutai Barat Wajibkan QR Barcode

Senin, 22 April 2024 | 20:00 WIB
X