Pariwisata Lumpuh, Tour Guide Terpuruk

- Minggu, 3 Mei 2020 | 19:15 WIB
PEMANDU WISATA: Tanto bersama wisatawan asing yang menggunakan jasanya sebelum Covid-29 menyerang.
PEMANDU WISATA: Tanto bersama wisatawan asing yang menggunakan jasanya sebelum Covid-29 menyerang.

Pandemi virus corona atau Covid-19 belum berakhir. Dampaknya pun kian dirasakan semua lapisan masyarakat. Mulai dari kondisi ekonomi, berubahnya sistem pendidikan, hingga industri pariwisata yang harus vakum sementara waktu.

Marta, Tanjung Redeb

Sektor pariwisata lumpuh sejak pemerintah kabupaten membatasi akses keluar masuk wilayah Berau. Wisatawan tidak bisa lagi berkunjung. Pemandu wisata pun kehilangan pekerjaan.

Seperti yang dialami Suhartanto.  Sebagai tour guide atau pemandu wisata di Bumi Batiwakkal, kini hanya bisa pasrah menunggu pandemi corona berakhir. Sejak pandemi Covid-19 ini, tidak ada lagi wisatawan yang datang menemuinya. Tidak ada lagi wisatawan yang menggunakan jasanya, mengantar maupun menjelaskan detail tempat-tempat wisata yang ada di Bumi Batiwakkal.

Kamera yang biasa ia gunakan untuk melancong bersama wisatawannya, kini hanya menganggur tak terpakai di lemari. Sudah tidak ada lagi permintaan wisatawan untuk ditemani berburu foto di destinasi favorit, seperti yang sering ia jalani sebelum pandemi ini. Seperti memotret Gusung Pasir di Pulau Derawan, Danau Labuan Cermin di Bidukbiduk, maupun Karst di pedalaman Kelay.

Tanto -sapaan akrabnya- mengaku, sebelum pandemi virus corona, dia bisa melakukan perjalanan mengantar wisatawan setidaknya 2 sampai 3 kali dalam sebulan. Dengan penghasilannya kurang lebih Rp 4 juta. Mengantar wisatawan inilah penghasilan utama Tanto untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Namun sejak sektor pariwisata lumpuh akibat pandemi virus corona, penghasilannya pun sudah tidak ada, karena tidak ada lagi yang menggunakan jasanya sebagai pemandu wisata.

Usaha sampingannya sebagai fotografer pesta pernikahan pun sudah tidak bisa diandalkan. Karena tak ada lagi acara maupun pesta yang dilaksanakan di tengah pandemi Covid-19. Untuk menutupi kebutuhan sehari-hari, ia terpaksa beralih menjadi penjual kue bersama sang istri.

“Mumpung Ramadan, jadi saya jualan takjil. Kalau untuk pekerjaan seperti biasa sudah tidak bisa,” kata pria kelahiran Tubaan, 27 tahun lalu ini.

Ada perasaan sedih yang dirasakannya saat ini. Sebagai pemandu wisata yang notabenenya adalah salah satu pahlawan devisa bagi daerah tidak mendapat perhatian dari pemerintah saat kehilangan penghasilannya. Padahal, imbas pandemi virus corona begitu terasa bahkan mengubah kehidupannya beberapa bulan terakhir.

“Kecewa sih, karena kami benar-benar merasakan dampak pandemi ini. Tapi sepertinya tidak ada perhatian buat kami, terutama saya yang saat ini jujur saja kesusahan. Jualan takjil untungnya tidak seberapa, karena pembelinya juga sedang sepi,” bebernya.

Ia berharap kondisi pandemi segera berakhir agar pekerjaannya sebagai pemandu wisata kembali berjalan seperti biasa. Sehingga usahanya pun kembali normal. Selain itu ia juga berharap pada pemerintah untuk dapat memperhatikan nasib para pemandu wisata yang ada di Kabupaten Berau. Sebab menurutnya pemandu wisata merupakan salah satu pihak yang turut mengembangkan daerah melalui sektor pariwisata.

“Intinya kami juga butuh perhatian dari pemerintah untuk melanjutkan hidup kami. semoga ada jalan untuk kami,” tandasnya. (*/har)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Penerimaan Polri Ada Jalur Kompetensi

Jumat, 19 April 2024 | 14:00 WIB

Warga Balikpapan Diimbau Waspada DBD

Jumat, 19 April 2024 | 13:30 WIB

Kubar Mulai Terapkan QR Code pada Pembelian BBM

Jumat, 19 April 2024 | 13:00 WIB

Jatah Perbaikan Jalan Belum Jelas

Jumat, 19 April 2024 | 12:30 WIB

Manajemen Mal Dianggap Abaikan Keselamatan

Jumat, 19 April 2024 | 08:25 WIB

Korban Diseruduk Mobil Meninggal Dunia

Jumat, 19 April 2024 | 08:24 WIB

Mulai Sesak..!! 60 Ribu Pendatang Serbu Balikpapan

Jumat, 19 April 2024 | 08:19 WIB
X