Ikhlas Tak Dapat Bantuan

- Senin, 4 Mei 2020 | 09:36 WIB
BERTAHAN DI TENGAH KRISIS: Mbah Kuntring saat ditemui di kediamannya kemarin (3/5).
BERTAHAN DI TENGAH KRISIS: Mbah Kuntring saat ditemui di kediamannya kemarin (3/5).

Dampak Corona Juga Dirasakan Pedagang Sayur Keliling dan Joki Ketinting =sub

SAMBALIUNG – Proses pendistribusian bantuan langsung tunai (BLT) tahap pertama, sudah berjalan. Bahkan nyaris tuntas di seluruh wilayah kecamatan. Namun masih banyak warga kurang mampu serta yang terdampak Covid-19, tak menerima bantuan dana sebesar Rp 750 ribu per bulan, selama tiga bulan terturut-turut itu.

Seperti seorang perempuan lanjut usia (lansia) yang setiap hari masih harus mengayuh pedal sepeda ontelnya untuk berjualan sayuran di permukiman warga Kampung Bebanir Bangun. Lansia yang sering disapa Mbah Kuntring itu, tercatat sebagai warga RT 8 Kampung Bebanir Bangun, Kecamatan Sambaliung. “Setiap hari saya berjualan sayur keliling kampung menggunakan sepeda ontel saya,” katanya saat ditemui Berau Post di rumahnya kemarin (3/5).

Sayuran yang dijual juga bukan dari perkebunan miliknya. Dirinya hanya bisa membantu menjualkan sayuran milik petani, dengan mengambil keuntungan Rp 1.000 dalam setiap ikat sayur yang berhasil dijualnya. “Petani yang minta dijualkan,” akunya.

Dari keuntungan Rp 1.000 dalam setiap ikat sayur yang dijualnya, biasanya Mbah Kuntring bisa mengumpulkan uang hingga Rp 20 ribu hingga Rp 50 ribu per hari. Tapi itu saat daya beli masyarakat masih tinggi, sebelum mewabahnya Covid-19 di Berau. “Kalau sekarang agak susah, sayuran banyak nggak laku. Tapi kalau saya tidak jualan, dari mana saya bisa makan. Mbah cuma sendirian di sini,” akunya. 

Walau hanya mengandalkan hasil dari menjualkan sayur milik petani, Mbah Kuntring tetap ikhlas jika dianggap tidak layak untuk menerima bantuan dari pemerintah. Namun jika dirinya tidak menerima BLT disebabkan kesalahan pendataan dari pemerintah, dirinya juga berharap agar kesalahan pendataan tersebut bisa diperbaiki.

 

JOKI KETINTING HANYA DIDATA RT

Terpisah, dua orang joki ketinting di Dermaga Rajantan Tanjung Redeb, Nasir dan Sulaiman, juga mengaku tak menerima bantuan dari pemerintah.

Kepada Berau Post, Nasir yang tercatat sebagai warga RT 5 Kelurahan Gunung Tabur, mengakui banyak rekannya semasa joki ketinting yang menerima bantuan dari pemerintah. “Saya tahu ada BLT diberikan pemerintah, cuma saya sendiri belum pernah didata dan saya juga tidak pernah menerima bantuan tersebut,” ujarnya saat ditemui di dermaga.

Padahal, lanjut dia, selama masa pandemi, pendapatan dirinya dan joki ketinting lainnya menurun drastis. Jika biasanya bisa mendapat Rp 100 hingga Rp 150 ribu sehari, dalam beberapa hari terakhir pendapatannya paling banyak hanya Rp 30 ribu. “Itu yang didapat jangankan untuk disimpan, untuk beli makan sehari-hari saja tidak cukup, belum beli bahan bakar untuk mesin ketinting,” ujarnya.

Hal senada diutarakan Nasir. Warga RT 18 Kelurahan Bugis tersebut, mengaku sudah pernah didata oleh Ketua RT setempat. Namun saat pembagian bantuan, dirinya tidak pernah menerimanya. “Kemarin sudah didata sama RT, senanglah sudah. Tapi pas pembagian nggak dapat,” akunya.

Nasir dan Sulaiman mengaku, mewabahnya corona di Berau benar-benar memukul perekonomian dirinya dan rekannya. “Sekarang ini (ketinting) yang beroperasi hanya 10, padahal dulu sebelum corona ada 25 ketinting,” pungkasnya. (*/jey/*/uga/udi)

 

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Camat Samboja Barat Tepis Isu Dugaan Pungli PTSL

Kamis, 25 April 2024 | 18:44 WIB

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB

Pemkot Balikpapan Didesak Fasilitasi Pom Mini

Kamis, 25 April 2024 | 10:00 WIB

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB
X