Selain kecerdasan finansial, Makmur juga menyebut masyarakat harus memiliki kecerdasan emosional. Jadi bukan sekadar menahan hawa nafsu, lapar, dan dahaga saja, tapi di masa pandemi ini masyarakat juga harus menahan diri dari berbagai kebiasaannya. “Seperti interaksi sosial kita, bahkan untuk beribadah ke masjid. Itu semua demi membantu pemerintah mengatasi Covid-19 ini,” ujarnya.
Lanjutnya, adalah kecerdasan sosial. Yakni, masyarakat diharapkan bisa saling memahami dan memaafkan, agar bersama-sama bisa mendukung pemerintah mengatasi masalah wabah ini. “Introspeksi diri. Bagaimana sikap kita selama ini, rasa empati kita ke orang lain. Karena ini semua adalah peringatan bagi kita semua,” ujarnya.
Diakuinya, sejak merebaknya virus yang berasal dari Wuhan ini, aktivitas perekonomian sangat terganggu. Bukan di Berau atau Kaltim saja, tapi juga terjadi di banyak negara. Untuk itu, peranan ketua RT, PKK, hingga menghidupkan kembali Dasawisma di masyarakat, menurutnya bisa menjadi kunci dalam penanganan Covid-19 di lingkungan masyarakat. “Di setiap kampung diaktifkan kembali, jadi bisa mendeteksi di tiap kampung. Serentak memeranginya,” ujarnya.
Sementara pemerintah daerah, bisa mengucurkan dukungan kepada aparat kampung hingga RT, dengan memberi tanggung jawab masalah penanganan di lingkungan mereka. “Tapi perlu juga diberikan tambahan porsi operasional untuk mereka,” katanya.
Di sisi lain, Makmur juga mengimbau kepada pengusaha-pengusaha besar di Berau agar tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan di masa pandemi. Seperti yang pernah disuarakannya saat salah satu perusahaan tambang ingin mem-PHK ratusan karyawannya.
“Memang saat ini terjadi penurunan, tapi dibanding dengan keuntungan yang sudah didapat selama bertahun-tahun dari SDA (sumber daya alam) Berau, ini kan hanya beberapa bulan saja. Anggaplah sedekah,” imbuh Makmur.