Pengadaan PCR Terkendala Tipe RS

- Sabtu, 9 Mei 2020 | 09:53 WIB
KENDALA PCR: RSUD dr Abdul Rivai Tanjung Redeb belum memungkinkan untuk pengadaan alat PCR.
KENDALA PCR: RSUD dr Abdul Rivai Tanjung Redeb belum memungkinkan untuk pengadaan alat PCR.

SEJAUH ini kasus positif di Kabupaten Berau berada di urutan kedua di Provinsi Kalimantan Timur, dengan jumlah kasus 32 pasien. Bahkan, sampai saat ini, masih ada 30 lebih sampel swab yang mengantre di Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya.

Pemerintah Kabupaten Berau pun pernah mengajukan pengadaan Polymerase Chain Reaction (PCR) agar hasil swab bisa diketahui lebih cepat. Namun menurut Bupati Berau Muharram,  ada kendala pada tipe Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Abdul Rivai, yang hanya tipe C. Sementara syarat untuk alat PCR itu kata dia untuk rumah sakit tipe B.

“Sebetulnya jauh sebelum ditemukan kasus positif, kami sudah mengajukan pengadaan alat PCR itu. Berapa harganya, kami coba usahakan. Tapi memang harus ada kelas tertentu untuk PCR. Yakni RS tipe B,” jelasnya.

Dengan adanya alat PCR di RSUD dr Abdul Rivai, menurut Muharram, maka tidak harus menunggu lama untuk hasil tes swab pasien. Sehingga penanganan dan deteksi para pasien cepat dilakukan.

“Pasien yang diisolasi bisa saja sudah sembuh. Tapi karena menunggu swab kontrol, makanya masih dilakukan isolasi. Karena untuk pasien yang positif, memang wajib melakukan dua kali tes swab kontrol. Kalau dua kali swab kontrol hasilnya negatif, maka pasien dinyatakan sembuh. Cuma kendalanya kita harus menunggu,” beber Muharram.

Namun informasi yang dia dengar, Samarinda dan Balikpapan akan ada pengadaan alat PCR. Dengan keberadaan alat ini di Kaltim, akan memudahkan Berau mengirim sampel swab. Karena jarak dekat, sehingga tidak membutuhkan waktu lama.

Terpisah, Direktur RSUD dr Abdul Rivai, Nurmin Baso menuturkan, selain tipe rumah sakit, ada kendala lain sehingga pengadaan PCR di RSUD Abdul Rivai tidak memungkinkan. Yakni sumber daya manusia (SDM) yang belum memadai dan ruangan RSUD yang tidak sesuai dengan syarat pengoperasian PCR.

“Harga alatnya itu kisaran Rp 300 hingga Rp 800 juta. Tapi ada spesifikasi ruangannya. Perizinannya juga sulit,” katanya, kemarin.

RSUD dr Abdul Rivai, lanjut Nurmin, telah memiliki alat tes cepat molekuler (TCM) TBC, yang bisa digunakan untuk mendeteksi orang terkait corona, bekerja dengan pendekatan reaksi berantai polimerase atau PCR. Namun, lagi-lagi harus tetap menunggu. Pasalnya, cartridge yang dipasangkan pada TCM untuk bisa mendeteksi swab pasien corona belum ada.

“Masih menunggu dari Kementrian Kesehatan. Sudah diusulkan, tapi sampai saat ini belum ada kabar,” pungkasnya. (*/hmd/har)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Camat Samboja Barat Tepis Isu Dugaan Pungli PTSL

Kamis, 25 April 2024 | 18:44 WIB

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB

Pemkot Balikpapan Didesak Fasilitasi Pom Mini

Kamis, 25 April 2024 | 10:00 WIB

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB
X