Bocah 4 Tahun yang Diduga Diterkam Buaya Belum Ditemukan, Datangkan Pawang, Pencarian hingga Muara

- Rabu, 13 Mei 2020 | 21:48 WIB
BELUM MEMBUAHKAN HASIL: Polisi bersama pawang buaya dan masyarakat, saat melakukan pencarian bocah 4 tahun yang diduga diterkam buaya pada Senin (11/5) lalu.
BELUM MEMBUAHKAN HASIL: Polisi bersama pawang buaya dan masyarakat, saat melakukan pencarian bocah 4 tahun yang diduga diterkam buaya pada Senin (11/5) lalu.

TANJUNG REDEB – Pencarian hari kedua terhadap Rn, bocah 4 tahun yang diduga diterkam buaya, di perairan Pegat Batumbuk, Kecamatan Pulau Derawan, belum membuahkan hasil. Bahkan masyarakat, TNI, dan Polri, sudah memperluas area pencarian korban.

Kapolres Berau AKBP Edy Setyanto Erning melalui Kapolsek Pulau Derawan AKP Kokoh Djumarko mengungkapkan, pihaknya belum menemukan jejak bocah malang tersebut.

“Belum, tim sudah menyisir area sungai. Namun keberadaannya belum diketahui,” ungkapnya kepada Berau Post. Selain memeriksa tambak, pihaknya juga menyisir hingga muara Sungai Pegat Batumbuk.

Selain melakukan penyisiran, pihaknya dalam proses pencarian juga meminta bantuan pawang buaya yang didatangkan dari Limunjan, Sambaliung. Namun tetap belum membuahkan hasil. “Kami masih melakukan pencarian ini,” terangnya.

Menurut Kokoh, kejadian bermula pada Senin (11/5) sekira pukul 08.30 Wita, korban bermain di sekitar sungai bersama sang kakak yang masih berumur 6 tahun. Tidak berselang lama, seekor buaya besar langsung menyeret korban ke dalam air. Ayah korban yakni Takbir (32) yang melihat kejadian tersebut, berupaya menolong korban, namun tidak berhasil.

“Ayah korban meminta tolong kepada warga kampung yang berjarak 2 kilometer (km) dari rumah korban. Kemudian dilakukan pencarian, namun belum berhasil ditemukan,” ujarnya.

Ayah korban yakin bahwa anaknya diseret buaya. Pasalnya, Takbir sempat melihat baju yang dikenakan korban berada di mulut buaya dan dibawa masuk ke dalam air.

Terpisah, Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Kalimantan Timur, Dheny Mardiono menuturkan, ada beberapa faktor yang bisa membuat satwa liar termasuk buaya, hingga menyerang manusia. Seperti, satwa tersebut terdesak atau merasa terancam, satwa tersebut terganggu, lapar, dan satwa tersebut memiliki sifat normal.

“Tetapi beberapa jenis satwa predator ataupun cenderung memiliki sifat menyerang apabila kondisinya terancam, terganggu, dan lapar,” ujarnya.

Disinggung mengenai, apakah ada dampak dari sumber makanan yang berkurang di kawasan tersebut? Dheny tak bisa membenarkannya. Namun dia memperkirakan, bisa saja predator yang menyerang si anak tersebut kalah bersaing dengan predator lainnya dalam perburuan makanan di habitatnya.

“Saya sudah ke sana tadi (kemarin, red). Kalau melihat kondisi sungai tersebut, bisa jadi di sana menjadi habitat mereka (buaya),” jelasnya.

Diberitakan sebelumnya, nasib nahas dialami bocah berusia empat tahun berinisial Rn di Kampung Pegat Betumbuk. Ia diterkam buaya saat sedang asyik bersantai di atas tanggul sekira pukul 08.30 Wita, Senin (11/5).

Menurut penuturan Kepala Kampung Pegat Betumbuk, Alimuddin, kejadian tersebut berada di lokasi RT 3 kampungnya. Saat kejadian, Rn tengah duduk sendiri di atas tanggul. Tiba-tiba muncul buaya yang langsung menyambarnya.

Kejadian mengenaskan itupun disebutnya sempat disaksikan oleh salah seorang saksi. Sempat berusaha ingin menolong, namun Rn sudah tak terlihat lagi di permukaan air. “Satu orang saja (saksi mata, red). Dia tengah bersantai di sana (atas tanggul, red) dan tidak sedang berenang,” ujar Alimuddin, saat dikonfirmasi Berau Post.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Safari Ramadan Kukar, Serahkan Manfaat JKM

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:29 WIB
X