Ramadan dan Pandemi, Momentum Introspeksi Diri

- Jumat, 15 Mei 2020 | 10:30 WIB
Makmur HAPK
Makmur HAPK

Ramadan momentum yang pas untuk mengintrospeksi diri. Sama halnya pandemi Covid-19 yang saat ini belum juga beranjak dari muka bumi, kini membuat sebagian manusia menyadari akan kesombongan diri. Begitu kira-kira pandangan Makmur HAPK, Ketua DPRD Kaltim, jika mengaitkan antara Ramadan dan Covid-19.

Marta, Tanjung Redeb

“Tahu kenapa virus corona ini dihadirkan Tuhan untuk kita? Karena manusia saat ini telah begitu sombong," ucap Makmur, saat membuka obrolan bersama beberapa awak media, di kediamannya, kemarin (14/5).

Begitulah Makmur memaknai sehingga pandemi ini bisa menyapa manusia di muka bumi. Banyak manusia yang telah lupa akan dirinya, berbuat zalim hingga kadang mengorbankan akal sehat dan manusia lain atas perbuatan salah. “maka Ramadan dan pandemi Covid-19, momentum untuk kita introspeksi diri,” katanya.

Pandemi yang hadir bersama dengan bulan Ramadan, mengingatkan Makmur akan makna berpuasa yang sebenarnya. Baginya, saat ini manusia di seluruh dunia diminta berpuasa. Puasa yang dimaksud adalah menahan diri daripada segala sesuatu yang dilarang tim ahli berkaitan kesehatan dan Covid-19. Misalnya menahan diri agar tidak keluar rumah jika tidak ada sesuatu yang mendesak. Menahan diri agar tidak berkumpul atau beramai-ramai di tempat-tempat umum. Menahan diri agar selalu bersabar mengikuti arahan tim ahli dan kesehatan menggunakan masker serta selalu mencuci tangan.

“Seperti halnya berpuasa Ramadan, kita menahan hawa nafsu, menahan lapar dan haus. Begitu juga pandemi saat ini, kita harus menahan apapun itu yang bisa membuat penyebaran virus lebih mudah, menahan bepergian, menahan mudik, menahan untuk nongkrong-nongkrong. Semua kita lakukan demi terputusnya mata rantai virus corona ini,” beber mantan bupati Berau dua periode ini.

Dalam kacamata Makmur, pandemi Covid-19 saat ini, hanya bisa berhenti ketika semua patuh pada tim ahli dan kesehatan. Seperti Dinas Kesehatan maupun Ikatan Dokter Indonesia (IDI), yang telah banyak memberikan saran dana anjuran demi memutus mata rantai corona.

“Sekarang ini, kita hanya perlu mengikuti apa yang sudah dianjurkan Dinas Kesehatan atau tim ahli penanganan Covid-19. Jangan kita semau-maunya sendiri. Karena yang lebih tahu baiknya, ya mereka-mereka ini,” ujarnya.

Selain itu, pria kelahiran Kampung Batu-Batu, 17 April 1958 lalu, itu juga menilai beberapa desa yang menerapkan semi PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), patut mendapat apresiasi. Sebab tanpa diminta, ada beberapa desa yang dengan inisiatifnya melakukan pembatasan akses keluar masuk desa, bahkan memberikan ancaman serius bagi yang berani melanggarnya.

“Kalau saya lihat, masyarakat desa saat ini lebih baik tingkat kesadarannya terhadap bahaya virus, ketimbang masyarakat perkotaan. Kenapa seperti itu? Coba perhatikan saja, di beberapa desa mereka mengancam bagi yang berani masuk atau keluar tanpa seizin perangkat desa. Ini kan sebuah inisiatif yang dapat mempercepat pemutusan mata rantai virus, atau hanya sekadar mencegah masuknya virus ke desa mereka sebelum terlambat. Ini sangat bagus sekali,” jelasnya.

Jika semua masyarakat menyadari akan hal itu, menurutnya wabah ini akan lebih cepat berakhir. “Berpuasalah kita dulu. Taati anjuran para ahli. InsyaAllah wabah ini segera berakhir. Dan kita bisa hidup dan beraktivitas normal seperti sebelumnya. Kalau tidak seperti itu, kita akan terus-menerus sengsara karena wabah ada di mana-mana,” tandasnya. (*/har/bersambung)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

DPRD Berau Soroti Ketahanan Pangan

Sabtu, 27 April 2024 | 08:57 WIB

Kampus dan Godaan Rangkap Jabatan

Sabtu, 27 April 2024 | 08:44 WIB

Camat Samboja Barat Tepis Isu Dugaan Pungli PTSL

Kamis, 25 April 2024 | 18:44 WIB

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB
X