cIngin Bentuk Taruna Tani agar Tak Memutus Regenerasi

- Kamis, 28 Mei 2020 | 15:23 WIB
TETAP PRODUKTIF: Fahrul saat memanen selada hidroponik miliknya.
TETAP PRODUKTIF: Fahrul saat memanen selada hidroponik miliknya.

Minat anak muda untuk menekuni dunia pertanian semakin kecil. Rata-rata petani yang ada saat ini datangnya dari kaum lanjut usia. Tidak banyak pemuda yang benar-benar menjiwai pertanian. Padahal, mantan Presiden RI Soekarno, menyebutnya sebagai Penjaga Tatanan Negara Indonesia hingga disingkat menjadi petani.

MARTA, Tanjung Redeb

Jebolan Kampus Stiper Berau, Fahrul, mengawali usaha pertanian sayur-mayur segar sejak 2017. Diawali dengan pelajaran di kampus yang mengajari teknik bertanam secara hidroponik, Fahrul bersama rekannya sepakat untuk memperdalam ilmu pertanian, khususnya teknik hidroponik.

Dengan modal Rp 500 ribu dari hasil patungan, dia memulai dengan menganalisis modal yang dibutuhkan. Cukup besar memang, namun untuk pemula, dia sepakat menggunakan peralatan seadanya saja.

Tahap demi tahap dilakukan dengan baik agar mencapai hasil yang diinginkan. Namun sayang, sayur-mayur seperti selada, kangkung, maupun pokcoy atau swai yang dia tanam secara hidroponik dan bebas pestisida, menemukan kendala dalam hal pemasarannya.

Bila dibandingkan, biaya operasional bertani hidroponik jauh lebih tinggi ketimbang bertani konvensional. Sebab peralatan yang dibutuhkan cukup menguras kantong. Namun bisa dipastikan, hasil sayur-mayur yang ditanam akan jauh lebih sehat, bersih dan enak.

"Pertama kali menanam, alhamdulillah hasilnya bagus. Tapi kendala kami adalah pemasarannya. Lalu kami mencoba untuk mempromosikan hasil pertanian ini dengan harga yang memang sedikit berbeda dari hasil pertanian konvensional, tapi memiliki banyak kelebihan," ujarnya saat berbincang dengan Berau Post, Selasa (26/5).

Dengan semakin berbenah, baik dari cara menanam hingga memasarkan hasil pertaniannya, Fahrul memanfaatkan media sosial sebagai sarananya mempromosikan sekaligus mengajak muda-mudi lain untuk tertarik dan terjun langsung dalam dunia pertanian. Selain itu, dia mencoba menawarkan hasil pertanian kepada orang-orang yang cukup memiliki pengaruh di Bumi Batiwakkal, agar lebih dikenal dan masyarakat lebih berminat.

"Alhamdulillah setiap kali panen selalu habis. Apalagi setiap kali produksi atau menanam sangat terbatas," katanya.

Beruntung, di tengah pandemi seperti saat ini, Fahrul tidak terlalu kerepotan. Sebab pandemi corona tidak mempengaruhi pertaniannya. Bahkan dia bisa menjalani usahanya dengan lebih banyak pendapatan. Sebab para pelanggan bebas memesan via media sosial dengan sistem pesan antar. "Karena kebetulan saya juga menanamnya di depan rumah saja. Jadi aman saja. Dan pelanggan rata-rata memang selalu meminta diantarkan saat pesan," jelasnya.

Fahrul merupakan salah satu pemuda Berau yang memiliki minat tinggi dalam dunia pertanian. Bahkan, dia berharap bisa membentuk sebuah kelompok atau komunitas tani, agar muda-mudi Berau dapat menuangkan minat dan salin tukar pikiran soal pertanian, demi melanjutkan regenerasi petani di Bumi Batiwakkal.

"Harapannya sih ingin membentuk semacam taruna tani yang nantinya dapat menjadi wadah bagi teman-teman petani muda, berlatih sekaligus mendapat pendampingan terkait cara bertani. Ini semata-mata agar generasi petani tidak terputus dan muda-mudi kita bisa lebih mencintai pertanian, karena saat ini yang diminati mayoritas sektor tambang atau perkantoran. Padahal pertanian ini sangat potensial jika dikelola dengan sungguh-sungguh," lanjutnya.

Meski begitu, Fahrul menyebut untuk menekuni dunia pertanian secara utuh perlu penjaringan minat generasi milenial, sebab semua butuh pemahaman terkait teknologi yang digunakan.

Selain itu dia juga menyebut harus ada peran pemerintah dalam mendukung petani muda dan kecil seperti dirinya, agar lebih berkembang dan maju mempertahankan sektor pertanian di era yang semakin sulit.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Bendungan Marangkayu Sudah Lama Dinanti Warga

Jumat, 29 Maret 2024 | 16:45 WIB
X