Lakukan dengan Ikhlas, Bermanfaat untuk Orang Lain

- Kamis, 18 Juni 2020 | 19:41 WIB
TANPA PAMRIH: Nurdahlia salah seorang relawan P[MI Berau yang pernah bertugas jadi relawan di Palu, Sulawesi Tengah, saat terjadi bencana alam beberapa tahun lalu.
TANPA PAMRIH: Nurdahlia salah seorang relawan P[MI Berau yang pernah bertugas jadi relawan di Palu, Sulawesi Tengah, saat terjadi bencana alam beberapa tahun lalu.

Meski tergolong tidak berusia muda lagi, namun semangatnya turun sebagai relawan tidak kalah dengan generasi muda lainnya. Bagi Nurdahlia, menjadi relawan adalah sebuah kesempatan yang sangat berharga sepanjang hidupnya, karena bisa menolong sesama dalam misi kemanusiaan.

MARTA, Tanjung Redeb

Mulai terjun menjadi relawan PMI sejak tahun 1994, Nurdahlia, perempuan kelahiran Wajo, 10 Januari 1977 ini, masih terus aktif hingga sekarang. Bahkan jiwanya semakin menggebu-gebu turun melakukan pekerjaan sosial tersebut dengan ketulusan. Bukan berharap pamrih atau pencitraan.

Ibu empat anak ini mengaku tertarik menjadi relawan PMI karena merasa jauh lebih berarti sejak hari-harinya disibukkan dengan kegiatan menolong dan membantu sesama. "Banyak sekali pengalaman dan pelajaran yang bisa saya ambil selama menjadi relawan untuk saya jadikan pengingat selama hidup saya. Dan saya juga sangat senang karena dengan kegiatan sosial saya selalu mendapat keluarga baru. Semua kami lakukan dengan ikhlas, loyalitas dan tidak berharap pamrih apapun," kisahnya.

Salah satu pengalaman yang tidak bisa dia lupakan sampai saat adalah ketika dia berkesempatan menjadi relawan untuk menolong korban bencana alam dahsyat di Palu, Sulawesi Tengah, beberapa tahun lalu. Di sana, dia menemui kehancuran. Memandang semua yang rata dengan tanah, membuatnya sempat membayangkan bagaimana dahsyatnya gempa bumi, Tsunami dan likuifaksi yang terjadi saat itu. Berkali-kali dia pun mengucap syukur dengan yang dia miliki saat ini.

"Yang paling saya ingat saat jadi relawan di Palu saat itu, ada bayi kembar yang umurnya baru sebulan kehilangan ibu mereka karena meninggal akibat pendarahan. Itu yang tidak pernah hilang dari memori saya sampai saat ini. Seperti apa mereka menjalani hidupnya nanti, saya selalu memikirkan mereka," kata ibu rumah tangga yang juga sekaligus pembisnis ini.

Begitu juga dengan aktivitas sosialnya di masa pandemi, Dahlia juga merasakan luar biasanya menjadi tenaga relawan. Setiap hari, dia harus pintar membagi waktu antara tugasnya sebagai istri dan ibu, dengan aktivitasnya menjadi relawan dan berbisnis.

Meski terkadang lelah, namun dia tetap tidak pernah berpikir untuk mundur dari ladang pahalanya. Dia hanya terus berdoa agar selalu diberikan kesehatan dan keselamatan saat bertugas, agar dia tetap bisa mengalirkan kebaikan untuk orang lain sebanyak mungkin yang dia bisa lakukan.

"Kita hidup ini yang paling penting kan berguna untuk orang lain, kalau sampai hidup kita tidak ada manfaatnya untuk orang lain apa gunanya. Makanya saya selalu ingin berbuat apapun itu untuk membantu orang lain di sisa hidup saya," tutupnya. (*/har)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

PKL Tunggu Renovasi Zonasi Lapak Pasar Pandansari

Sabtu, 20 April 2024 | 11:30 WIB

Kapolres PPU dan KPUD Bahas Persiapan Pilkada 2024

Sabtu, 20 April 2024 | 09:46 WIB

Penerimaan Polri Ada Jalur Kompetensi

Jumat, 19 April 2024 | 14:00 WIB

Warga Balikpapan Diimbau Waspada DBD

Jumat, 19 April 2024 | 13:30 WIB

Kubar Mulai Terapkan QR Code pada Pembelian BBM

Jumat, 19 April 2024 | 13:00 WIB

Jatah Perbaikan Jalan Belum Jelas

Jumat, 19 April 2024 | 12:30 WIB
X