Meski Tanpa Gejala, Ada Kelainan di Paru-Paru

- Kamis, 25 Juni 2020 | 19:38 WIB
TIM MEDIS: Dokter Spesialis Paru, dr Robert Naiborhu Sp.P, salah satu dokter yang menangani pasien corona di RSUD dr Abdul Rivai Tanjung Redeb.
TIM MEDIS: Dokter Spesialis Paru, dr Robert Naiborhu Sp.P, salah satu dokter yang menangani pasien corona di RSUD dr Abdul Rivai Tanjung Redeb.

Jumlah kasus positif Covid-19 di Berau mencapai 43 kasus. Rata-rata diantaranya tidak menunjukkan gejala yang serius. Gejala yang dialami batuk, pilek dan sakit tenggorokan. Namun tahukah Anda bahwa ada yang sangat berubah ketika virus corona itu menyerang korbannya.

Marta, Tanjung Redeb

Awal kemunculan virus corona di Indonesia, banyak yang menganggap wabah itu adalah rekayasa. Sebab saat itu belum banyak yang dinyatakan terjangkit, adapun ketika ada yang dinyatakan terjangkit justru tidak menunjukkan gejala sakit yang serius, seserius bahaya virus itu sendiri.

Dokter Spesialis Paru, dr Robert Naiborhu Sp.P, memberikan penjelasan kepada masyarakat terkait mengapa hampir seluruh pasien yang dinyatakan positif Covid-19, khususnya yang dirawat di RSUD dr Abdul Rivai tidak menunjukkan gejala atau sakit yang parah. Secara umum mereka hanya mengalami batuk, sakit tenggorokan dan pilek.

Dalam penjelasannya, dokter yang menangani pasien Covid-19 di RSUD dr Abdul Rivai ini, menyebut jika seseorang terinfeksi virus corona maka organ tubuh vitalnya, terutama paru-paru akan mengalami perubahan yang sangat drastis. “Meski tampak seperti orang sehat yang dapat melakukan aktivitas, namun kondisi paru-paru pasien telah mengalami perubahan. Sehingga muncullah kriteria pasien Orang Tanpa Gejala (OTG)," jelasnya, saat berbincang-bincang dengan Berau Post, kemarin (24/6).

"Pada umumnya gejala mereka semua sama, sakit tenggorokan, batuk dan pilek. Kemudian ketika kita lakukan rontgen pada thorax atau paru-parunya, maka di situ baru kita bisa lihat ada kelainan. Pada rontgen thorax mereka itu akan tampak bercak putih, itu yang dinamakan pneumonia. Pneumonia sendiri bisa berasal dari virus atau bakteri," lanjutnya.

Seiring berjalannya waktu, kurang lebih seminggu setelah dirawat, pasien Covid-19 akan mengeluhkan batuk dan sesak nafas yang lebih berat. Bahkan batuknya bisa lebih berdahak dari sebelumnya. Dari foto thorax menunjukkan bercak putih semakin banyak. Pada pasien yang hanya terinfeksi bakteri, kondisi itu akan membuat mereka tidak berdaya. Sementara yang terinfeksi virus corona masih dalam kondisi stabil.

Pada kondisi itu, pasien masih bisa beraktivitas seperti berjalan, tertawa dan bicara dengan lancar. Tetapi pasien Covid-19 merasakan perubahan pada tubuhnya. Kemudian tim medis akan memberikan antibiotika dan antiviral.

"Meski mereka merasakan tubuhnya baik-baik saja, namun kalau dari foto thorax kita lihat itu sudah termasuk dalam pneumonia berat," katanya.

Sempat beredar video pasien Covid-19 yang dirawat di RSD Covid-19 yang menunjukkan aktivitas pasien seperti senam, melompat-lompat dan bahkan berlari-lari, padahal sesungguhnya paru-paru mereka telah mengalami pneumonia yang berat atau pneumonia viral (Covid-19).

Selain memaparkan kondisi klinis saat seseorang terkena Covid-19, dr Robert juga menyebut Covid-19 adalah penyakit baru yang belum diketahui sifatnya secara keseluruhan. Sebab pada hakikatnya, lanjut dr Robert, tidak ada satupun yang ahli dalam Covid-19.

"Jadi tidak ada literatur yang memaparkan bagaimana jika seseorang terkena Covid-19, makanya dikatakan untuk pengobatannya belum pasti bisa disembuhkan dengan apa. Sedangkan mereka yang dinyatakan sembuh ini hanya dilakukan pengobatan supportif, dan yang bisa menyembuhkan mereka adalah daya tahan atau imunitas tubuh diri sendiri. Kami tenaga medis hanya memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengobati dirinya sendiri, kami hanya sebagai pendukung," ungkapnya.

Sehingga jika muncul pertanyaan mengapa pasien positif Covid-19 tampak sehat namun terdapat virus corona di tubuhnya, dr Robert sendiri tidak bisa menjelaskan dikarenakan penyakit ini belum pernah ada sebelumnya.

"Kepada semua masyarakat Berau, jangan sekali-kali sepelekan Covid-19, sebab penyakit ini sangat berbahaya, bahkan menyebabkan kematian meski tampaknya tidak memiliki gejala. Saya lebih memilih tidak terkena sama sekali. Karena saya pasti akan menularkan ke orang-orang sekitar. Jadi lebih baik menjaga agar tidak terkena sama sekali, dengan mengikuti protokol kesehatan, anjuran pemerintah untuk mencuci tangan dan menggunakan masker, tidak keluar rumah jika tidak penting serta menerapkan pola hidup bersih dan sehat," tandasnya. (*/har)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB

Stadion Batakan Segera Dilengkapi Lapangan Latihan

Selasa, 23 April 2024 | 13:22 WIB

BPKAD Proses Hibah Lahan Perum Bumi Sempaja

Selasa, 23 April 2024 | 10:00 WIB

SIC Bersedia Biayai Waterfront City

Selasa, 23 April 2024 | 08:30 WIB

Lima SPBU di Kutai Barat Wajibkan QR Barcode

Senin, 22 April 2024 | 20:00 WIB

SIC Bersedia Biayai Waterfront City

Senin, 22 April 2024 | 16:00 WIB
X