Tak Digaji, tapi Didukung Anak dan Istri

- Senin, 29 Juni 2020 | 15:49 WIB
KONSERVASI MANDIRI: Ading memindahkan telur penyu hingga melepaskan tukik ke laut Pulau Derawan, beberapa waktu lalu.
KONSERVASI MANDIRI: Ading memindahkan telur penyu hingga melepaskan tukik ke laut Pulau Derawan, beberapa waktu lalu.

PULAU DERAWAN – Pulau Derawan memang sudah menjadi salah satu destinasi wisata andalan Kaltim. Pulau seluas 40,77 hektare tersebut, bukan sekadar menjadi salah satu tujuan wisata turis lokal maupun asing. Tapi jadi salah satu tempat yang nyaman bagi penyu-penyu untuk berkembang biak.

Ya, penyu yang menjadi ikon Bumi Batiwakkal – sebutan Kabupaten Berau – masih menjadikan pantai Pulau Derawan sebagai tempat bertelur yang nyaman. Di bulan-bulan tertentu, antara Mei hingga Agustus, hampir tiap malam ada penyu yang naik ke pantai Derawan untuk bertelur. Di bulan-bulan itu juga, Ading Kurnadi, salah satu warga Pulau Derawan, akan dibuat sibuk setiap malam.

Diakui Ading, sejak 2015 silam, dirinya memang sudah melakukan ‘perburuan’ telur penyu di Pulau Derawan. Tapi, telur diburu bukan untuk dijual. Melainkan diselamatkan.

Ya, Ading memang turut menggeluti kegiatan konservasi untuk satwa yang bertelur di malam hari itu. Menurutnya, penyu akan mencari daratan pantai yang gelap untuk bertelur. Jika ada cahaya, penyu betina akan mengurungkan niatnya untuk bertelur dan kembali ke laut. Namun saat tengah bertelur, penyu tidak akan ke mana-mana hingga menuntaskan penelurannya, walau mendapat gangguan dari cahaya bulan, maupun manusia.

Dikatakan, telur-telur penyu yang ditanam di pasir putih, sangat rentan jika terkena air laut saat pasang. Makanya, setiap sarang telur penyu yang ditemukannya, akan dipindahkan ke tempat yang lebih aman agar bisa menetas. Keahliannya dalam ‘menyelamatkan’ habitat penyu, didapat saat dia masih aktif bekerja di Badan Lingkungan Hidup (BLH) yang sekarang menjadi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Berau.

“Saya bekerja di sini atas rekomendasi dari BLH dari 2015 hingga 2017,” katanya saat ditemui di kediamannya, beberapa waktu lalu.

Namun hingga 2017, gaji bulanan sebagai petugas konservasi penyu yang diterima dari BLH, tidak lagi diterimanya. Sehingga, rekannya sesama petugas konservasi yang digaji pemerintah, memilih berhenti dan meninggalkan Pulau Derawan. Tapi tidak baginya. Karena sudah mencintai pekerjaannya, Ading tetap bertahan untuk melestarikan penyu di Pulau Derawan, walau tanpa digaji. Agar tetap bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari, dirinya kini bekerja sebagai motoris speedboat. “Gaji pertama Rp 750 ribu hingga naik menjadi Rp 2 juta. Tapi sekarang sudah pakai biaya sendiri,” katanya.

Di musim penyu bertelur, Ayah lima anak ini hanya bisa tidur beberapa jam. Karena, jika telat dalam melakukan pencarian telur penyu, bisa saja telur tersebut sudah dimakan predator.

Patroli telur penyu dilakukannya mulai pukul 19.00 hingga pukul 22.00 Wita. Kemudian, dilanjutkan pukul 02.00 hingga pukul 05.00 Wita. Ia memilih waktu tersebut, karena air laut sedang pasang. Hingga banyak penyu yang naik untuk bertelur. Ia pun mencari telur penyu hanya mengandalkan senter dan sebilah kayu. Kayu tersebut digunakan untuk mencari lubang telur penyu. Sedangkan senter untuk penerangan. “Istri dan anak saya, alhamdulillah mendukung semua,” katanya.

Bahkan sang istri kerap menemani dirinya mencari telur penyu. Bangunan ukuran 4x3 meter persegi dengan dinding kayu, digunakan Ading untuk menyimpan telur-telur penyu hingga menetas menjadi tukik – anak penyu.

“Saya sudah menjiwai. Saya cinta terhadap penyu. Jadi saya tetap melanjutkan dengan dana pribadi. Saya ingat, dengan adanya penyu ini, wisatawan semakin banyak yang berkunjung ke Derawan. Dengan semakin ramai pengunjung, baik juga untuk mempromosikan Derawan, dengan menawarkan atraksi pelepasan tukik kepada wisatawan,” ungkapnya.

Saat ditemui malam itu, Ading juga merencanakan untuk melepaskan 78 ekor tukik ke lautan. “Kalau nanti dilepas, jangan nyalakan senter. Karena kalau tukik melihat cahaya, dia punya sifat untuk mengejar cahaya yang dilihatnya,” ujarnya kepada Berau Post.

Dikatakannya, selama 7 hari 7 malam, tukik akan terus berenang mengarungi lautan. Hingga pusar tukik yang berwarna kuning tertutup. Barulah tukik merasa kelelahan dan lapar. Kemudian memakan apa saja yang ada di lautan.

“Dengan pelestarian penyu, secara tidak langsung akan menarik wisatawan datang ke Derawan. Perekonomian masyarakat juga akan berkembang kalau banyak wisatawan,” ungkapnya.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Stadion Batakan Segera Dilengkapi Lapangan Latihan

Selasa, 23 April 2024 | 13:22 WIB

BPKAD Proses Hibah Lahan Perum Bumi Sempaja

Selasa, 23 April 2024 | 10:00 WIB

SIC Bersedia Biayai Waterfront City

Selasa, 23 April 2024 | 08:30 WIB

Lima SPBU di Kutai Barat Wajibkan QR Barcode

Senin, 22 April 2024 | 20:00 WIB

SIC Bersedia Biayai Waterfront City

Senin, 22 April 2024 | 16:00 WIB

Pemilik Rumah dan Ruko di Paser Diimbau Punya Apar

Senin, 22 April 2024 | 12:30 WIB
X