TANJUNG REDEB – Kosongnya stok ayam di berbagai peternakan di Berau menjadi penyebab tingginya harga ayam di pasaran. Hal ini disampaikan Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Berau, Mustakim.
Ia menjelaskan, kondisi saat ini tak terlepas dari adanya pandemi Covid-19 di masyarakat. Sehingga penetasan untuk ayam produksi menjadi kurang dan membuat harganya naik di pasaran. “Jadi mau tidak mau harus suplai dari luar daerah walau pun harganya tinggi,” katanya kepada awak media ini.
Dengan dukungan suplai dari luar daerah, dirinya menyebut, saat ini stok ayam produksi pun mulai stabil dan mulai berdampak pada harga di pasaran.
“Kalau harga ayam di pasar sekarang itu mulai standar, karena kan memang biasanya peternak jual Rp 20 ribu sampai dengan Rp 25 ribu,” ucapnya.
Lanjut Mustakim, sekitar tiga bulan lalu atau saat pandemi Covid-19 mulai mewabah. Beberapa peternak ayam di Berau telah mengalami kerugian sangat besar, karena banyak ayam yang tidak laku di pasaran.
Kerugian itu dijelaskannya tak terlepas dari harga ayam yang turun akibat stok ayam yang melimpah. “Jika suatu saat terjadi over produksi lagi dan sampai satu bulan jatuh harganya secara terus menerus. Provinsi lah yang biasanya turun tangan untuk mengendalikan penetasan ayam, sehingga tidak over produksi,” terangnya.
Apalagi saat ini kebanyakan penyuplai ayam di Berau, dikatakan Mustakim banyak yang bekerjasama dengan peternak di Kalimantan Utara (Kaltara). Sehingga tak jarang peternak di Berau banyak yang menyuplai kebutuhan ayam di Kaltara.
“Kita saling kerja sama dengan peternak yang ada di sana (Kaltara, red). Kalau ayam di sana murah, biasanya suplai ke sini (Berau, red). Tapi kalau di sini yang murah, kita yang suplai ke mereka,” ungkapnya. (*adf/arp)
