Perpendek Akses Menuju Kebun

- Selasa, 7 Juli 2020 | 19:24 WIB
CARI SOLUSI: Wakil Bupati Berau Agus Tantomo memimpin rapat terbatas bersama PT Berau Coal dan Kepala Kampung Long Lanuk, terkait akses warga Long Lanuk menuju kebun. Sementara jembatan yang dibangun Berau Coal dianggap jauh oleh warga Long Lanuk.
CARI SOLUSI: Wakil Bupati Berau Agus Tantomo memimpin rapat terbatas bersama PT Berau Coal dan Kepala Kampung Long Lanuk, terkait akses warga Long Lanuk menuju kebun. Sementara jembatan yang dibangun Berau Coal dianggap jauh oleh warga Long Lanuk.

TANJUNG REDEB - Menjawab kebutuhan warga kampung Long Lanuk, Kecamatan Sambaliung, Pemkab Berau merencanakan pembangunan jalan dan jembatan produksi menuju kebun.

Wakil Bupati Berau Agus Tantomo mengatakan, sebenarnya pihak perusahaan PT Berau Coal sudah membangun jalan dan jembatan alternatif untuk warga setempat. Hanya saja, masyarakat menganggap jika melewati jalan alternatif itu, jarak menuju kebun mereka lebih jauh, sekitar 13 kilometer. Sementara jika masyarakat melalui jalan dan jembatan hauling, jarak tempuh menuju kebun hanya sekitar 5 kilometer. Tetapi jika melalui jalan hauling, itu sangat berisiko.

“Itu saja sebenarnya persoalannya. Makanya kita carikan solusi bersama. Berdasarkan hasil rapat, ada beberapa solusi yang disepakati. Jangka panjangnya pemerintah daerah yang akan membangun jembatan menuju kebun,” jelas Agus Tantomo, usai memimpin rapat terbatas dengan pihak Berau Coal, Dinas Perhubungan, dan Camat Sambaliung, kemarin (6/7).

Sementara jangka pendeknya, lanjut Agus Tantomo, pemerintah meminta pihak perusahaan mencabut larangan penggunaan jalan dan jembatan hauling itu untuk warga Long Lanuk. Pihak Berau Coal pun kata dia, sudah menyetujui. Karena itu, untuk sementara warga bisa melalui jalan hauling dengan catatan pengawalan lebih ketat oleh pihak perusahaan.

“Harus ada pengawalan untuk menghindari jangan sampai terjadi kecelakaan. Sambil dipikirkan alternatif Berau Coal untuk menyiapkan transportasi sungai untuk menyeberang ke kawasan kebun warga,” jelas Agus Tantomo.

“Kalau ternyata banyak masyarakat yang menggunakan transportasi air yang disiapkan Berau Coal, otomatis yang menggunakan jalan hauling itu juga berkurang. Itu salah satu solusinya,” lanjutnya.

Terkait jangka panjangnya, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) diharapkan membuat perencanaan jembatan menuju kebun warga.

Sementara itu, Kepala Kampung Long Lanuk, Solaiman berharap kesepakatan ini direalisasikan, terutama pembangunan jembatan. Sebab akses itu di butuhkan untuk perekonomian dan pengembangan kampung. “Hanya di Long Lanuk seberang itulah arah pengembangan kampung kami. Akses itu juga untuk menghubungkan warga Nyapa Indah,” kata Solaiman.

Karena itu, untuk sementara Solaiman meminta warga Kampung Long Lanuk yang ingin ke kebun diberi kesempatan melintas di jalan hauling dan jembatan produksi. Namun bagi warga yang ingin ke Tanjung Redeb, tetap melalui jembatan Agathis yang sudah dibangun Berau Coal. “Jadi memang pada dasarnya kami tidak terlalu setuju untuk menggunakan ketinting kecuali terpaksa. Tetapi untuk mendukung program ini kami akan arahkan warga yang menuju ke Tanjung tetap lewat jembatan yang baru. Tetapi untuk akses menuju kebun tetap akan menggunakan jembatan hauling  dengan pengawalan,” jelasnya.

Solaiman juga berharap, ke depannya pihak perusahaan dan Kampung Long Lanuk tetap bekerja sama dengan mengedepankan komunikasi.

Memang sebelumnya, sudah sempat dikomunikasikan dengan pihaknya soal pembangunan jembatan agathis, dan ia mengusulkan jembatan itu harus titiknya berada di tengah antara kampung tumbit dayak dan long lanuk. Namun kesepakatan lain muncul dan sampai hari ini MoU itu tidak ia tanda tangani. Karena pihaknya tidak setuju dengan adanya jembatan itu, harusnya dengan kepala kampung tidak tandatangan itu mestinya menjadi referensi buat PT Berau Coal. Untuk diposisikan di tengah.

“Jadi akhirnya tidak menjawab kebutuhan kami, makanya kami tetap masih mau melewati hauling  karena jalur tersebut kami anggap untuk bisa menumbuhkembangkan ekonomi masyarakat setempat,” bebernya.

Sementara Deputy Director Operations Support & Relation PT Berau Coal, Gatot Budi Kuncahyo menyampaikan, jalan hauling batubara dan jembatan produksi merupakan area khusus dan terbatas. Jalan itu khusus jalur pengangkutan batubara yang memiliki potensi bahaya yang tinggi. Memanfaatkan akses itu juga diatur Kepmen ESDM 1827 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang Baik dan Kepmen ESDM No 77/90MEM/2019 tentang  obyek vital nasional.

“Makanya jembatan Agathis dibangun untuk memudahkan transportasi masyarakat yang ada di lingkar tambang Binungan secara aman. Sehingga tidak menggunakan jalan hauling dan jembatan produksi,” kata Gatot.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Safari Ramadan Kukar, Serahkan Manfaat JKM

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:29 WIB
X