Kaki Kiri Sitti Mulai Mengecil, Dokter Menyarankan Operasi

- Jumat, 10 Juli 2020 | 20:04 WIB
Sitti Soleha
Sitti Soleha

Kecelakaan tiga tahun lalu, tepatnya Minggu, 4 Maret 2017, menjadi kenangan buruk seumur hidup Sitti Soleha. Bukan hanya trauma yang dia dapat. Sampai saat ini, kaki kirinya tidak bisa dipakai jalan normal seperti sebelumnya.

Marta, Tanjung Redeb

Kecelakaan motor yang dialami Sitti Soleha membuat hidupnya berubah drastis. Dia tidak pernah menyangka kaki kirinya akan mengalami hal buruk hingga saat ini. Bahkan rasa sakit sejak pertama kali kejadian yang tidak ia inginkan itu masih terasa sampai sekarang.

Melalui sambungan WhatsApp, Sitti –sapaan akrabnya- mengungkit kembali masa kelam yang dia alami. Sekira pukul 17.00 Wita, Sitti yang merupakan warga Kecamatan Biatan, bersama adiknya mengendarai sepeda motor bermaksud pulang ke rumahnya di Jalan Sultan Hamengkubuwono, RT 008, Kampung Biatan Lempake, usai mengikuti latihan karate di sekolahnya, SMP Negeri 22 Berau.

Di tengah perjalanan pulang, Sitti kemudian berniat untuk singgah membeli titipan sang ibu. Nahas, sebuah sepeda motor dari arah belakang menabrak sepeda motor yang dia kendarai. Tabrakan yang cukup kuat membuat Sitti bersama adik dan sepeda motornya terjatuh ke arah kiri. Beruntung adiknya tidak mengalami cidera. Namun bagi Sitti, harus menerima kenyataan kaki kirinya cidera yang cukup parah akibat tertusuk footstep motor di bagian paha, tepatnya bagian tulang pelvis.

Meski sempat sadarkan diri, namun cidera itu membuatnya kemudian terjatuh pingsan di lokasi kejadian. Pertolongan pun datang dari orang-orang sekitar yang melihat kejadian itu. Sitti dilarikan ke puskesmas terdekat menggunakan truk CPO yang kebetulan melintas, untuk mendapatkan pertolongan pertama. Jarak lokasi kejadian dengan puskesmas cukup jauh.

"Hari itu adalah hari pertama dan sekaligus hari terakhir saya mengikuti latihan karate. Kejadiannya begitu cepat, tapi apa yang saya dapatkan saat kejadian itu masih terasa sakit sampai sekarang. Footstep motor itu menembus bagian paha kiri saya. Dan saat itu saya tidak kuat menahan rasa sakitnya. Bahkan saat kejadian, orang-orang tidak mengetahui bahwa paha saya tertembus footstep motor itu, setelah di puskesmas baru mereka tahu," kisah anak keenam dari pasangan Muhammad Rahmat dan Hamidah Hadi.

Usai diperiksakan di puskesmas, pihak puskesmas merujuk Sitti ke Rumah Sakit Pratama Talisayan agar mendapatkan penanganan yang lebih baik, sebab luka di bagian paha kirinya itu cukup serius. Bahkan di puskesmas dia mendapat 7 jahitan.

Bukannya dibawa ke RS Pratama, pihak keluarga bersama warga yang ikut menolongnya pada saat itu menyarankan dirinya agar dibawa ke tukang urut saja. Akhirnya Sitti harus mengikuti hal itu meski dirinya ingin sekali dibawa ke RS Pratama agar ditindaklanjuti tim medis.

"Dua minggu saya di rumah tukang urut yang berada di Kampung Karangan. Setelah dua minggu kaki saya masih sangat sakit, saya masih belum bisa menggerakkan kaki, hanya berbaring di tempat tidur. Setelah itu keluarga memutuskan untuk membawa saya pulang ke rumah. Sebulan pascakecelakaan, saya masih tidak bisa menggerakkan kaki. Kaki saya masih sakit sekali. Makan, tidur, minum, semua saya lakukan di tempat tidur. Bahkan saya buang air kecil dan air besar pakai baskom di tempat tidur," lanjutnya bercerita.

Berbulan-bulan pascakecelakaan, tidak ada perubahan baik di kaki Sitti. Yang ada, dia semakin merasa sakit dan tidak nyaman. Bahkan pihak sekolah sampai harus meminta dirinya kembali ke sekolah untuk mengikuti proses pembelajaran, sebab sudah hampir memasuki ujian akhir. Akhirnya, dengan susah payah, perempuan kelahiran Malaysia, 18 Februari 2001 ini, kembali ke sekolah. Meski kakinya masih sangat sakit untuk digunakan berjalan.

"Saya kembali ke sekolah sebab sudah mau ujian akhir. Saat itu yang membantu saya ke sekolah setiap hari adalah kakak saya. Dia menggendong saya sampai ke kelas. Begitu terus sampai lulus. Teman-teman sekelas tetap menyemangati saya untuk berjuang agar bisa lulus sekolah bersama-sama. Akhirnya saya lulus juga, tapi kaki saya masih sama seperti sebelumnya, sakit dan tidak bisa dipakai jalan. Kemudian saya coba untuk belajar menggunakan tongkat," lanjutnya.

Kondisi kakinya semakin parah, sebab tidak pernah dilakukan pengobatan medis seperti yang pernah disarankan pihak puskesmas pada saat kecelakaan tiga tahun lalu. Dia hanya menjalani pengobatan tradisional, yaitu urut. Semakin lama, Sitti semakin risih dengan proses pengobatan nonmedis. Dia merasa kakinya tidak pernah membaik, bahkan sebaliknya. Kini kaki kirinya mengecil dan lebih pendek dari kaki kanannya.

"Rontgen pertama tahun 2017 bulan April, dokter sudah menyarankan operasi, tapi keluarga saya tidak setuju dan masih mau melanjutkan pengobatan tradisional. Setiap minggu akhirnya saya terus menerus di urut. Namun selama menjalankan pengobatan tradisional itu saya mulai merasa tidak nyaman, karena yang diurut di bagian yang sangat sensitif bagi perempuan. Jadi saya memutuskan untuk berhenti pergi urut. Tahun 2018 saya pergi rontgen kedua, dokter mengatakan kaki saya makin parah, dan harus segera dioperasi, tapi keluarga saya tidak punya biaya untuk operasi. Akhirnya sampai saat ini saya belum sembuh," katanya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Penerimaan Polri Ada Jalur Kompetensi

Jumat, 19 April 2024 | 14:00 WIB

Warga Balikpapan Diimbau Waspada DBD

Jumat, 19 April 2024 | 13:30 WIB

Kubar Mulai Terapkan QR Code pada Pembelian BBM

Jumat, 19 April 2024 | 13:00 WIB

Jatah Perbaikan Jalan Belum Jelas

Jumat, 19 April 2024 | 12:30 WIB

Manajemen Mal Dianggap Abaikan Keselamatan

Jumat, 19 April 2024 | 08:25 WIB

Korban Diseruduk Mobil Meninggal Dunia

Jumat, 19 April 2024 | 08:24 WIB

Mulai Sesak..!! 60 Ribu Pendatang Serbu Balikpapan

Jumat, 19 April 2024 | 08:19 WIB
X