Lestarikan Adat dan Budaya

- Sabtu, 1 Agustus 2020 | 20:00 WIB
PESTA ADAT: Seri Marawiah ketika mendampingi sang suami Makmur HAPK pada acara Bakudung Batiung dan kegiatan Manguati Banua.
PESTA ADAT: Seri Marawiah ketika mendampingi sang suami Makmur HAPK pada acara Bakudung Batiung dan kegiatan Manguati Banua.

SETIAP kampung, pasti memiliki prosesi adat yang sudah ada sejak lama. Bahkan, sejak generasi sebelumnya. Dan, generasi sekarang terus melestarikan maupun mengembangkannya, sesuai tuntutan zaman.

Bagi Hj Seri Marawiah Makmur, semua itu merupakan kekayaan dan ragam budaya yang dimiliki sejak lama.

Selama satu dekade menemani suami sebagai Bupati Berau, semua kampung sudah ia kunjungi. Dan, di setiap kampung itupun memiliki kekhasan budaya yang berbeda. Mulai dari Kampung Long Sului, hingga ke Kampung Teluk Sumbang di Kecamatan Bidukbiduk.

Macam-macam ragamnya. Ada pesta dan upacara yang digelar oleh warga, terkait dengan keberhasilan panen, seperti yang ada di kampung Bena Baru, ada pesta yang namanya Lesung Osap. Ini sebagai ungkapan kegembiraan warga atas keberhasilan panen padi ladang dan padi sawah.

Hal yang sama dilaksanakan warga Merasa, Kecamatan Kelay, dengan acara adat ‘Meja Panjang’. Acara yang meriah dan suka cita warga dalam menyambutnya, yang digelar setiap bulan Desember. Pesta yang menjadi ajang reuni bagi warga kampung.

Di Talisayan, juga ada sebuah proses budaya namanya ‘Buang Nahas’. Juga bagian dari khasanah kekayaan dan keragaman budaya.  “Saya bersama bapak (Makmur HAPK), selalu hadir dalam kegiatan Buang Nahas tersebut,” kata Seri Marawiah. Kegiatan yang sudah ada sejak turun-temurun.

Di komunitas warga Dayak, ia juga hadir setiap digelarnya acara ‘Bakudung Batiung’, sebuah refleksi budaya yang bisa menjadi ilmu pengetahuan bagi generasi muda. Prosesi yang sudah lama ada dan dikenal masyarakat Dayak.

Pesta adat lainnya, seperti ‘Manguati Banua’dan ‘Baturunan Parau’ adalah prosesi adat dan budaya di Gunung Tabur dan prosesi di komunitas warga Bajau (Derawan), dengan kegiatan ‘Mag Jamu’ dan ‘Mag Lami-Lami ‘ juga merupakan prosesi adat yang sudah lama ada.

Seperti halnya prosesi adat di kampung lainnya di wilayah Sambaliung dan pesisir pantai. Ada prosesi yang dilakukan khusus kalangan keluarga, ada pula yang dilakukan warga dalam satu wilayah kampung.

Semua itu menjadi aset budaya dan kekuatan perekat masyarakat. “Di tahun-tahun mendatang, kita akan memberikan perhatian khusus dan dikembangkan semeriah mungkin,” kata Seri Marawiah. Ia mengaku, akan menjadi orang terdepan, dalam pengembangan budaya serta kearifan lokal yang ada di kampung dan kecamatan.

Berau yang ingin mengembangkan wisata, tak bisa meninggalkan kekayaan dan keragaman budaya tersebut. Sebab, budaya yang tumbuh di masyarakat sejak lama, akan menjadi salah satu daya tarik. “Wajib bagi daerah untuk menjaga dan mengembangkannya,” ujarnya. (*/adv/udi)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ekonomi Bulungan Tumbuh 4,60 Persen

Kamis, 28 Maret 2024 | 13:30 WIB

2024 Konsumsi Minyak Sawit Diprediksi Meningkat

Selasa, 26 Maret 2024 | 12:21 WIB
X