Disbudpar Gandeng Dinas Perikanan

- Senin, 3 Agustus 2020 | 19:43 WIB
DAYA TARIK WISATAWAN: Hiu paus di perairan Talisayan, sudah menjadi magnet bagi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
DAYA TARIK WISATAWAN: Hiu paus di perairan Talisayan, sudah menjadi magnet bagi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.

TANJUNG REDEB – Sejak kemunculannya beberapa tahun lalu, Whale Shark atau hiu paus di perairan Talisayan, terus menjadi daya tarik bagi wisatawan.

Bahkan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Berau Masrani, menyebut Talisayan dengan keberadaan hiu paus, sudah menjadi salah satu objek wisata bahari favorit.

Namun, ujar Masrani, walau sudah banyak wisatawan yang berkunjung, pengelolaan objek tersebut belum bisa dilakukan secara profesional. 

“Kalau dari pariwisata untuk mengelola, belum. Karena itu juga berhubungan dengan Dinas Perikanan. Sebab, yang memberikan makan hiu paus di sana masih para nelayan-nelayan bagan,” ujarnya kepada Berau Post kemarin (2/8).

Masrani melanjutkan, pihaknya sudah merencanakan untuk menyusun standar operasional prosedur (SOP) pengelolaan objek wisata hiu paus di Talisayan, bekerja sama dengan Dinas Perikanan.

“Namun yang lebih dominan dalam pengelolaannya nanti dari Dinas Perikanan. Karena menyangkut keselamatannya ikannya,” ujarnya.

“Karena jika tidak ada aturan, ikannya juga bisa pindah kalau selalu merasa terganggu,” sambungnya.

Terpisah, Wakil Bupati Berau Agus Tantomo yang melakukan kunjungan ke Talisayan baru-baru ini mengatakan, hiu paus di Indonesia ada sekitar 250 ekor saja. Sementara yang ada di perairan Talisayan berdasarkan sekitar 92 ekor. Sehingga hiu paus ini sangat dijaga oleh nelayan di Kecamatan Talisayan. “Dan pemerintah juga akan berperan dalam menjaga dan mengembangkan objek wisata, khususnya wisata hiu paus di Talisayan ini,” ujarnya. 

Dikatakannya, saat ini objek-objek wisata juga sudah kembali dibuka, seperti Danau dua Rasa Labuan Cermin di Kecamatan Bidukbiduk, Pulau Derawan, hingga Maratua.  

Tapi dengan menerapkan protokol kesehatan.

Diyakini Agus, pengelola objek-objek wisata di Berau bisa menerapkan protokol kesehatan dengan mudah. Sebab objek wisata di Berau, bukan objek wisata yang mengundang wisatawan dalam jumlah banyak, sehingga tidak akan memunculkan kerumunan.

Seperti wisatawan Labuan Cermin atau ingin menyaksikan atraksi hiu paus di perairan Talisayan. Tentu dengan jumlah terbatas karena daya angkut kapal yang tersedia juga terbatas.

Dengan begitu, protokol kesehatan dengan menerapkan social distancing pasti diterapkan.

“Tinggal bagaimana pengelola wisata mengingatkan wisatawan untuk menerapkan protokol kesehatan, serta menyediakan sarana dan prasarana pendukung dalam penerapan protokol kesehatan di lokasi wisata,” jelasnya.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB

Stadion Batakan Segera Dilengkapi Lapangan Latihan

Selasa, 23 April 2024 | 13:22 WIB

BPKAD Proses Hibah Lahan Perum Bumi Sempaja

Selasa, 23 April 2024 | 10:00 WIB

SIC Bersedia Biayai Waterfront City

Selasa, 23 April 2024 | 08:30 WIB

Lima SPBU di Kutai Barat Wajibkan QR Barcode

Senin, 22 April 2024 | 20:00 WIB

SIC Bersedia Biayai Waterfront City

Senin, 22 April 2024 | 16:00 WIB
X