SERI Marawiah dan Agus Tantomo, secara langsung meresmikan posko pemenangan di Kampung Labanan Makmur, Kecamatan Teluk Bayur, sekitar pukul 08.00 Wita, Minggu (2/8). Posko yang dibangun oleh komunitas Ngolah Pikiran Bijak (Ngopi Bijak), diketuai oleh mantan anggota DPRD Berau, Eko Wiyono.
Eko menyampaikan, dari hati yang paling dalam, dirinya beserta timnya mendukung pasangan Seri Marawiah dan Agus Tantomo maju dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) Berau 2020. Ia menjanjikan akan memenangkan sebanyak 60 persen suara di kampungnya, untuk pasangan tersebut.
“Ibu-bapak, terima kasih sudah datang dan meresmikan posko kami ini,” ujarnya.
Eko menambahkan, selain pelaksanaan peresmian posko, pada acara kemarin juga ada warga yang datang untuk menyampaikan aspirasinya secara langsung kepada pasangan Seri-Agus.
“Di posko ini, kami tetap menerapkan protokol kesehatan. Menyediakan hand sanitizer, masker, dan juga tempat cuci tangan,” katanya.
Lebih lanjut, Eko menuturkan, posko tersebut juga berfungsi bagi warga yang ingin mengetahui perkembangan politik dari calon pasangan yang mereka usung. Jadi posko ini terbuka bagi warga. “Silakan warga yang ingin datang,” ungkapnya.
Sementara itu, Seri Marawiah, selaku bakal calon bupati Berau, mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada komunitas Ngopi Bijak, yang sudah membangun posko di Kampung Labanan Makmur. Ia menceritakan, sudah lama memiliki history dengan Labanan. Karena, ia dulu tinggal di Teluk Bayur.
“Tahun 1982 masih hutan semua ini. Jadi jika ingin ke sini (Labanan, red) harus menggunakan ketinting,” katanya.
Ia mengatakan, dirinya kerap bolak-balik dari Kampung Labanan, bahkan hingga kini. Ia juga akui, dirinya memiliki banyak kenangan indah di Labanan.
“Saya sangat berterima kasih dengan seluruh warga Labanan,” katanya.
Sementara itu, salah seorang warga yang datang pada peresmian tersebut, mengeluhkan kepada Agus Tantomo, selaku wakil bupati Berau. Ia mengatakan, dirinya sebagai pelaku seniman, sangat merasakan dampak pandemi Covid-19 ini. Karena, dirinya susah untuk mendapatkan pekerjaan. Terlebih, usianya yang sudah cukup lanjut, membuatnya susah untuk bekerja.
“Saya ini pak tidak dapat Bantuan Langsung Tunai (BLT). Saya ini korban (Covid-19) juga pak,” katanya.
Ia mengaku, selama pandemi ini, tidak mendapatkan panggilan dari hajatan apapun. Hal itu tentu membuat dapurnya sulit mengepul. “Saya bingung bagaimana lagi pak,” katanya.
Pada saat yang bersamaan, ada lagi seorang warga asal Kampung Labanan Makmur yang mempertanyakan, akses pendidikan secara daring di daerah yang susah sinyal yang kurang diperhatikan.