TANJUNG REDEB -Memasuki musim pancaroba atau peralihan musim yang saat ini terjadi di Bumi Batiwakkal, Kepala Bidan Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit, Dinas Kesehatan Berau, Garna Sudarsono, minta masyarakat untuk tidak lengah dengan ancaman penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
Garna menjelaskan, hingga pertengahan 2020 ini, kasus DBD relatif stabil. Disebutnya, kasus DBD yang tinggi di Berau, pernah terjadi pada tahun 2015 silam. Yakni sebanyak 896 kasus. “Untuk data yang kami miliki sejak 2014 lalu, jumlahnya relatif menurun namun di tahun 2015 saja yang mengalami peningkatan yang sangat signifikan,” ujarnya kepada Berau Post.
Dirinya menerangkan, menurut data pada tahun 2014 ada sebanyak 318 kasus, 2015 meningkat menjadi 896 kasus. Sementara pada 2016, angka kasusnya mencapai 437, pada 2017 menurun hanya 63 kasus. Sementara tahun 2018 kembali meningkat menjadi 168 dan 2019 sebanyak 484 kasus. “Untuk 2020, karena tahunnya belum habis, maka kami belum mengumpulkan data yang dari seluruh puskesmas,” tambahnya.
Walau kasus disebut masih relatif rendah tahun ini, Garna meminta warga selalu waspada. “Sekarang masyarakat memang lebih fokus terhadap pandemi Covid- 19, tetapi saya berharap tidak lupa dengan ancaman penyakit lainnya,” ujarnya.
Agar terhindari dari ancaman penyakit, dia mengimbau masyarakat menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS), di rumah maupun di luar rumah. “Kita juga tetap selalu melakukan penyuluhan atau sosialisasi mengenai DBD,” imbuhnya.
Dalam menerapkan PHBS, ia menyarankan masyarakat bisa selalu menerapkan 3M. Yaitu mengubur, menguras dan menimbun, untuk menekan pertumbuhan jentik nyamuk pembawa DBD.
“Yang ditakutkan, karena saat ini masa pengalihan musim, biasanya penyakit DBD dominan meningkat. Maka dari itu kami selalu melakukan sosialisasi kepada masyarakat dengan selalu melakukan PHBS dan 3M,” pungkasnya. (*/aky/udi)
