PERNAH berkunjung ke pasar terapung di Banjarmasin, Kalimantan Selatan? Coba perhatikan, berapa banyak pedagang yang berjualan sambil mendayung perahu. Perhatikan lagi, berapa banyak perempuan yang sudah berjualan sejak subuh.
Pernah berkunjung ke Pasar Bringharjo di Jogyakarta? Berapa banyak perempuan yang setia menunggu kios tempat berjualan kain batik.
Juga, pernahkah berkunjung ke pasar subuh Adji Dilayas. Coba hitung, berapa banyak perempuan yang duduk melantai berjualan sebelum ayam berkokok hingga matahari terbit. Itu sebuah realitas, bagaimana peran ganda seorang perempuan, sebagai ibu rumah tangga dan sebagai penopang hidup keluarga.
Bagi Hj Seri Marawiah Makmur, berbelanja ke pasar, sudah menjadi aktivitasnya sehari-hari. Ketika pasar lama di Jalan Milono (Pasar Gayam/Pasar Inpres) ia sudah sering berbelanja. Makanya, ia banyak mengenal pedagang sayur, penjual ikan, penjual daging yang sebagai besar kini berjualan di Pasar Sanggam Adji Dilayas.
Pernah berkunjung ke semua kantor bank? Bisa melihat bagaimana perempuan-perempuan cerdas dengan ramah menyambut para nasabah. Semuanya adalah pekerjaan mulia yang diperankan seorang perempuan. Sama mulianya, petugas kebersihan yang sejak pagi membersihkan jalan-jalan utama.
“Saya juga ikut bangga, melihat perempuan berpakaian dinas polisi berdiri di ujung jalan mengatur lalu lintas. Mereka perempuan hebat,” kata Seri Marawiah.
Perempuan bisa menjadi aktor strategis di dalam pembangunan. Tidak hanya pembangunan di desa-desa, tetapi juga pembangunan secara nasional yang dapat mengubah kehidupan masyarakat menjadi lebih baik dan sejahtera.
Seiring berjalannya waktu, perempuan mulai bangkit dan berhasil membuktikan bahwasanya keberadaan mereka layak untuk diperhitungkan. Kecerdasan serta kepiawaian perempuan-perempuan Indonesia khususnya, tidak bisa lagi dianggap remeh karena telah turut berkontribusi terhadap pembangunan. (*/adv/udi)