Kampanyekan Gerakan BISA untuk Pemulihan Pariwisata

- Kamis, 27 Agustus 2020 | 19:37 WIB
GERAKAN BISA: Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian bersama Wabup Agus Tantomo dan Sekretaris Disbudpar Abdul Majid, bersama masyarakat membersihkan sampah di kawasan dermaga dan pantai di Talisayan, Senin (24/8).
GERAKAN BISA: Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian bersama Wabup Agus Tantomo dan Sekretaris Disbudpar Abdul Majid, bersama masyarakat membersihkan sampah di kawasan dermaga dan pantai di Talisayan, Senin (24/8).

Pandemi telah melumpuhkan segala sendi perekonomian. Mulai dari industri perhotelan, penerbangan, pariwisata, dan industri lainnya. Namun pandemi tak bisa terus diratapi. Sektor pariwisata yang menjadi andalan Bumi Batiwakkal, juga harus menggeliat lagi.

WISE ADAM, Talisayan  

POTENSI yang besar dimiliki Kecamatan Talisayan. Terutama di sektor pariwisata. Bahkan dianggap bisa menyaingi ketenaran Pulau Derawan dan Maratua. Karena memiliki perairan yang menjadi ‘habitat’ terbesar whale shark atau hiu paus di Indonesia.

Potensi itu juga yang menarik perhatian Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dan Komisi X DPR RI. Potensi yang dianggap mampu untuk menjadi salah satu ujung tombak pemulihan ekonomi pascapandemi. Melalui Gerakan Bersih, Indah, Sehat, dan Aman (BISA), yang tengah dikampanyekan pemerintah, untuk memulihkan kembali sektor pariwisata, tanpa mengabaikan penerapan protokol kesehatan.

Ya, Kecamatan Talisayan menjadi kecamatan pertama yang menjadi sasaran kunjungan rombongan Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian, bersama Direktur Pengendalian Strategis Kemenparekraf RI Hasan Abud, untuk memberikan motivasi sekaligus memacu pelaku industri kreatif dan pengelola pariwisata setempat, agar kembali bangkit melalui pengelolaan sektor pariwisata dengan penerapan protokol kesehatan. Rombongan yang didampingi Wakil Bupati Berau Agus Tantomo, Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Berau Abdul Majid, anggota DPRD Berau Abdul Waris dan Subroto, serta Camat Talisayan Mansyur, berbaur dengan masyarakat setempat melakukan pembersihan dermaga dan pantai Talisay, Talisayan. Sekaligus menyiapkan strategi untuk mengembangkan wisata hiu paus, yang diyakini bakal menjadi daya tarik utama untuk pariwisata Berau selanjutnya.

Sebelum turun melaksanakan pembersihan pantai dan dermaga, Camat Talisayan Mansyur, turut menyampaikan optimismenya akan masa depan pariwisata Talisayan. “Potensi Talisayan ini jangan digampangkan. Memang sekarang masih berskala lokal, tapi nanti Talisayan ini akan jadi buruan turis-turis asing dengan keberadaan hiu pausnya,” katanya di sela-sela kegiatan yang dilaksanakan pada Senin (26/8) lalu.

Kuncinya, ujar Mansyur, harus dimulai dengan kesadaran masyarakat Talisayan, untuk menjaga dan mengembangkan potensi yang dimilikinya. Selanjutnya, harus ditunjang dukungan pemerintah, mulai dari tingkat kabupaten hingga pusat. “Makanya dengan kehadiran ibu (Wakil Ketua Komisi X RPR RI) dan bapak (Direktur Pengendalian Strategis Kemenparekraf), sudah memacu kami, memotivasi kami. Tapi tolong juga, potensi kami ini tolong dibantu disebarluaskan juga,” katanya.

Wakil Bupati Berau Agus Tantomo juga berpendapat sama. Dikatakannya, keberadaan hiu paus di perairan Talisayan, bisa menjadi ‘masa depan’ perekonomian Bumi Batiwakkal. Sebab, berdasarkan studi yang pernah dibacanya, dari seluruh hewan di dunia, hiu paus adalah hewan yang paling banyak menghasilkan devisa. Rp 50 miliar per tahunnya. “Makanya, kalau dikelola dengan benar, dipromosikan dengan benar, potensi ini akan menjadi andalan,” ujar Agus Tantomo.

Disebutnya, populasi hiu paus di Indonesia mencapai 500 ekor. Dari ratusan populasi tersebut, sebanyak 92 ekor terdata berada di perairan Talisayan. “Ini yang terbesar di Indonesia,” terangnya.

Dengan besarnya potensi itu, Agus meyakini pariwisata secara perlahan akan membantu pemerintah kabupaten Berau melepaskan ketergantungan dari industri batu bara, yang selama ini menjadi penopang utama sistem penganggaran daerah.  

Diilustrasikannya, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Berau tahun ini, direncanakan sebesar Rp 2,4 triliun. Namun bencana non-alam Covid-19, membuat APBD Berau dipangkas hingga tersisa Rp 1,8 triliun. Bahkan tahun depan, diproyeksikan tersisa Rp 1,4 triliun.

“Ini (keuangan daerah) yang membuat kami tidak bisa melakukan apa-apa. APBD akan habis untuk membayar gaji pegawai yang mencapai Rp 900 miliar, dan membayar utang proyek multiyears sekitar Rp 500 miliar. Sehingga ada kekhawatiran roda pembangunan akan mandek karena dana pembangunan yang tidak ada,” jelasnya.

Makanya, Agus Tantomo menjelaskan, situasi yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir ini, bukan sekadar perlawanan terhadap pandemi Covid-19. Tapi juga ‘perang’ untuk memulihkan perekonomian. “Ada pelajaran yang bisa kita petik. Karena selama ini kita tergantung batu bara, karena APBD yang saya sebut tadi, 61 persennya dari (bagi hasil) batu bara. Jadi ketika batu bara ambruk, APBD ikut ambruk,” jelasnya.

Satu-satunya jalan, lanjut dia, adalah menggali potensi lain di luar batu bara, sebagai sektor andalan perekonomian daerah. Dan yang paling potensial dimiliki Berau, adalah sektor pariwisata. “Solusinya, gali potensi ini. Saya yakin, dengan dibantu kementerian dan DPR RI, pariwisata kita akan menggeliat,” jelasnya.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Penerimaan Polri Ada Jalur Kompetensi

Jumat, 19 April 2024 | 14:00 WIB

Warga Balikpapan Diimbau Waspada DBD

Jumat, 19 April 2024 | 13:30 WIB

Kubar Mulai Terapkan QR Code pada Pembelian BBM

Jumat, 19 April 2024 | 13:00 WIB

Jatah Perbaikan Jalan Belum Jelas

Jumat, 19 April 2024 | 12:30 WIB

Manajemen Mal Dianggap Abaikan Keselamatan

Jumat, 19 April 2024 | 08:25 WIB

Korban Diseruduk Mobil Meninggal Dunia

Jumat, 19 April 2024 | 08:24 WIB

Mulai Sesak..!! 60 Ribu Pendatang Serbu Balikpapan

Jumat, 19 April 2024 | 08:19 WIB
X