TANJUNG REDEB - Kasus Covid-19 di Kabupaten Berau terus meningkat. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Berau pun sempat mendesak agar dilakukan rapid test massal. Namun, jika ingin melakukan rapid test massal, tentu perlu menyiapkan biaya yang tak sedikit.
Direktur RSUD dr Abdul Rivai Tanjung Redeb, Nurmin Baso menilai, jika memang ingin melakukan rapid test massal, sebaiknya jangan hanya untuk masyarakat di wilayah yang kasus terpaparnya meningkat. Seperti di Gang Jeruk, Tanjung Redeb. Agar bisa mengetahui situasi Berau, menurut Nurmin, rapid test bisa diambil 20 persen dari jumlah penduduk Berau. Artinya akan ada 44 ribu warga yang menjadi sampelnya.
“Samplingnya dari mana saja, surveilans dari Dinkes Berau yang menentukan. Misalnya Tanjung Redeb berapa dan dari mana,” jelas Nurmin, beberapa waktu lalu.
Mengenai besaran biaya yang harus disiapkan pemerintah untuk melakukan rapid test massal, disebut Nurmin bisa mencapai Rp 6,6 miliar. Kemudian diasumsikan dari 44 ribu warga ini ada 10 persen yang hasilnya reaktif. Sehingga akan dilanjutkan untuk melakukan swab test, tentu perlu menyiapkan biaya lagi. Diperkirakannya swab test bisa mencapai Rp 6,6 miliar.
“Jadi yang harus disiapkan pemerintah kabupaten Rp 13,2 miliar,” katanya. “Rapid test per orang senilai Rp 150 ribu. Jika 44 ribu penduduk, artinya bisa Rp 6,6 miliar biayanya. Belum lagi harus dilanjutkan swab,” imbuhnya.
Sebelumnya, Ketua IDI Berau dr Jusram sempat menyampaikan. Salah satu ketentuan memasuki tatanan baru atau new normal, jika suatu daerah itu sudah melakukan pemeriksaan rapid test secara massal. “Tujuannya untuk pemetaan sebaran wabah Covid-19 ini di wilayah Kabupaten Berau. Semua daerah pun melakukan hal yang sama,” kata dr Jusram beberapa waktu lalu.
Dengan pemetaan itu, menurutnya pemerintah daerah mempunyai gambaran berapa angka penyebaran virus ini di Berau. Dengan gambaran itu, bisa ditentukan daerah itu siap atau tidak menerapkan new normal. “Diambil beberapa sampel warga untuk mewakili setiap kecamatan. Jika belum tercukupi, pasti akan ke kecamatan-kecamatan lainnya,” jelasnya. “Artinya RDT massal ini bisa juga untuk mengetahui adanya klaster lain yang berpotensi menyebabkan penularan dan penyebaran,” lanjutnya. (mar)