TANJUNG REDEB – Di tengah tahapan pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2020, tak sedikit kader partai yang memutuskan untuk hengkang dari partai tempat ia bernaung. Berbagai persoalan menjadi alasan. Mulai dari pilihan yang berbeda, beda visi misi, maupun hal lainnya.
Seperti diungkapkan Sekretaris Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Golkar Berau, Syarifatul Syadiah. Ia tidak menampik, saat persiapan mememanangkan kader yang diusung Partai Golkar pada Pilkada Berau, sejumlah kader Golkar justru keluar. Menurutnya, keluarnya kader dalam suatu partai merupakan hal biasa. Karena setiap orang memiliki pemikiran dan pandangan yang berbeda. Tidak bisa dipaksakan seseorang untuk memilih kemauan partai.
“Itu dinamika dipolitik. Biasa sajalah di politik. Orang keluar masuk partai, bagi kami ibarat patah tumbuh hilang berganti,” ujar Syarifatul, Senin (14/9).
“Kami tidak bisa juga menyetir mereka untuk mengikuti kemauan partai. Mereka juga punya hak untuk berpolitik,” tambahnya.
Sari –sapaan akrabnya- menganggap dengan adanya kader partai yang keluar, tentu menjadi evaluasi bagi organisasi untuk ke depannya, serta perlu melakukan kaderisasi yang lebih matang lagi. “Polemik itu hal yang wajar. Namanya organisasi pasti ada keluar masuk kadernya,” lanjut Sari yang juga menjabat Wakil Ketua I DPRD Berau.
Lebih lanjut dikatakan Sari, saat ini Golkar dalam kepengurusan yang baru dan ada beberapa kader baru yang bergabung dan menduduki posisi tertentu. Namun hal ini lah yang membuat Golkar Berau semakin solid untuk memenangkan Pilkada 2020 mendatang. Apalagi Golkar memang mengusung calon terbaiknya yakni Seri Marawiah sebagai bakal calon bupati Berau, didampingi politisi Nasdem, Agus Tantomo.
“Jadi keluar masuk kader itu bagian dari demokrasi. Pasti ada yang punya pilihan berbeda. Yang terpenting Golkar Berau tetap kondusif,” pungkasnya. (hmd/har)
