TANJUNG REDEB – Pulau Derawan menjadi salah satu tujuan wisata favorit di Kabupaten Berau. Di tempat ini terdapat hamparan pasir putih yang jadi tempat favorit penyu hijau dan penyu sisik bertelur.
Bahkan Wakil Bupati Berau Agus Tantomo menyebutkan, aktivitas penyu bertelur di Pantai Derawan bisa menjadi daya tarik wisatawan. Selain sebagai usaha konservasi, aktivitas penyu bertelur pada malam hari, mulai naik ke darat, mencari sarang bertelur, kemudian bertelur, dan kembali turun ke laut bisa menjadi objek wisata yang menarik.
“Jadi di Derawan kalau malam hari wisatawan ada aktivitas tambahan. Bisa melihat proses penyu bertelur. Hampir setiap malam penyu bertelur ini bisa disaksikan. Yang naik bisa dua hingga empat ekor,” kata Agus Tantomo, usai menyaksikan penyu bertelur, Kamis (17/9) malam.
Namun lanjut Agus Tantomo, wisatawan yang menyaksikan penyu bertelur juga perlu kesadaran agar tidak mengganggu sebelum proses bertelurnya selesai. “Jika penyu ini masih bertelur baiknya dibiarkan saja dulu. Kalau sudah selesai, silakan saja mengabadikan foto, dan boleh disentuh,” katanya.
Agus Tantomo juga mengapresiasi pihak-pihak yang berinisiatif melakukan konservasi penyu di pulau itu. Seperti yang dilakukan Sertu Wisandy Yuliastriono Suwardi, anggota Koramil 0902/TRD-03 Tanjung Batu. Hanya saja, terkait dukungan pemkab, Agus Tantomo mengaku mengalami kendala, karena terbentur kewenangan di bidang kelautan. Karena pemda tidak memiliki kewenangan itu, maka pihaknya pun tidak boleh menganggarkan.
“Kita memang tidak punya kewenangan di bidang kelautan. Tetapi kita punya kewenangan di bidang konservasi dan kelestarian. Jadi dengan alasan itu sebenarnya kalau mereka mau diberi intensif boleh saja,” bebernya. “Tapi saya selaku pemerintah daerah tentunya berterima kasih kepada teman-teman yang menjaga pelestarian penyu ini,” tuturnya.
Sementara, Sertu Wisandy Yuliastriono Suwardi, anggota Koramil 0902/TRD-03 Tanjung Batu menjelaskan, sejak 2014 lalu, ia bersama rekannya terus berupaya mendukung kegiatan konservasi penyu. Karena menurutnya penyu merupakan aset Berau khususnya Pulau Derawan.
“Biasanya Juli hingga September saat bulan gelap itu waktu yang tepat bisa melihat penyu bertelur. Kalau budidayanya itu, telurnya dipindahkan ke tempat penangkaran. Kurang lebih 50 hari baru penetasan,” jelas pria yang akrab dipanggil Pak Babin itu.
Mengenai jumlahnya setiap bertelur tergantung berapa penyu yang naik ke darat bertelur. Kemudian semakin berumur, semakin sedikit juga telur yang dikeluarkan. Biasanya 3 sampai 4 kali penyu bertelur, namun September 2020 ini ada sampai 5 hingga 6 ekor penyu naik bertelur. “Rata-rata setiap kali bertelur bisa menghasilkan hingga 300 butir telur,” sebutnya.
Dikatakan Sandy, terkadang yang menjadi hambatan jika terjadi gelombang di pantai Kiani tempat penyu bertelur. Bahkan beberapa tahun terakhir terjadi abrasi 4 sampai 5 meter. Sehingga penyu ini tidak jadi bertelur di lokasi itu.
Sandy beranggapan, penyu harus dilestarikan. Jika punah, Pulau Derawan akan kehilangan salah satu objek yang biasanya dinikmati wisatawan. “Saya malu jika ditanya wisatawan,” katanya. (mar/har)