Emas Hitam Tak Bisa Lagi Jadi Andalan

- Senin, 21 September 2020 | 20:33 WIB
BAKAL HABIS: Aktivitas pengangkutan batu bara yang melintasi Sungai Segah, sudah mulai jarang terlihat akibat lesunya industri emas hitam saat ini.
BAKAL HABIS: Aktivitas pengangkutan batu bara yang melintasi Sungai Segah, sudah mulai jarang terlihat akibat lesunya industri emas hitam saat ini.

Perkembangan industri batu bara masih lesu. Hantaman badai Covid-19 membuat pasar dunia terpaksa menurunkan daya beli. Sektor perekonomian di Bumi Batiwakkal, ikut terdampak akibat turunnya harga batu bara.

////

Batu bara terbukti sangat rapuh ketika dijadikan fondasi perekonomian. Harga komoditas ini fluktuatif dan dipenuhi ketidakpastian di pasar dunia. Batu bara juga merupakan sumber daya alam yang tidak bisa diperbarui, sehingga akan habis suatu hari nanti. Artinya, mustahil untuk menggantungkan perekonomian Berau pada masa depan kepada emas hitam ini.

Pemerintah Kabupaten Berau memiliki tugas berat untuk mengubah fondasi ekonominya. Lebih 10 tahun terakhir, kabupaten ini sangat bergantung kepada sektor pertambangan batu bara. Menurut data Badan Pusat Statistik Berau, sektor ini berkontribusi 60,93 persen (menurut harga berlaku) kepada total produk domestik regional bruto (PDRB) Berau. Pada 2018, kontribusinya menjadi 61,56 persen, 62,42 persen pada 2017, dan 60,13 persen pada 2016.

Wakil Bupati Berau Agus Tantomo, membenarkan bahwa batu bara tak bisa lagi diandalkan pada masa depan. Saat bisnis ini terdampak dan ‘sakit’, seluruh sendi ekonomi Berau ikut merasakan akibatnya. Itulah sebabnya, Agus Tantomo meyakini, Berau harus menggenjot potensi di sektor lain seperti perikanan, pertanian, dan yang paling mungkin adalah sektor pariwisata.

“Potensi Berau masih banyak, salah satunya harus didorong untuk jangka menengah dan jangka panjang. Untuk jangka panjang, saya optimistis bidang pariwisata bisa dikembangkan. Potensi sektor ini sangat besar,” kata Agus Tantomo.

Memang benar bahwa di tengah pandemi seperti sekarang, mendorong sektor pariwisata tidak mudah. Indonesia pun sedang terancam resesi ekonomi. Sementara Kementerian Pariwisata menetapkan bahwa objek wisata untuk turis mancanegara, baru bisa dibuka pada November nanti.

“Jadi sekarang hanya bisa bertahan dulu. Tetapi bukan berarti sektor ini tidak menjanjikan. Begitu pandemi berakhir, sektor ini justru bisa menjadi tulang punggung perekonomian Berau,” ujarnya.

Di sis lain, Agus mengatakan sektor pariwisata perlu didorong dengan lebih serius jika ingin menggantikan peran sektor pertambangan. Salah satu kendala terbesar sektor pariwisata, kata Agus, adalah ketersediaan infrastruktur menuju tempat wisata unggulan di Berau.

“Pemkab terus berusaha melengkapi infrastruktur baik jalan, bandara, dan sebagainya. Namun, jika hanya mengandalkan pemkab, itu tak bisa selesai. Kami berharap bantuan provinsi dan juga pusat,” terangnya.

Ketua DPRD Berau Madri Pani menambahkan, akan mendorong sektor pariwisata sebagai penggerak ekonomi Berau. Menurutnya, pembangunan ekowista di Bumi Batiwakkal mesti berkesinambungan dalam jangka panjang.

“Dari sekarang, kita perlu melengkapi sarana dan prasarana serta transportasi, sehingga wisatawan yang berkunjung merasa nyaman dan betah,” katanya.

Madri menambahkan, DPRD selalu mendukung termasuk dalam penganggaran untuk sektor pariwisata. Jika memang eksekutif memerlukan dan demi memajukan Berau, pasti didukung.

“Kami (DPRD) lihat (usulan) dari pemerintah kabupaten. Selama baik bagi Berau, apalagi bisa menopang perekonomian, tentu kami tidak menolak. Saya berharap sektor pariwisata Berau bisa berkembang dan menjadi sektor unggulan sehingga masyarakat tak lagi terlalu bergantung di satu sektor seperti batu bara,” terangnya.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Jalan Rusak di Siradj Salman Minta Segera Dibenahi

Kamis, 18 April 2024 | 10:00 WIB

Pemotor Terlempar 25 Meter setelah Diseruduk Mobil

Kamis, 18 April 2024 | 07:50 WIB

Pertamina Kirim 18 Ton BBM ke Kutai Barat

Rabu, 17 April 2024 | 18:00 WIB
X