Setahun, Pemadaman Bergilir Belum Teratasi

- Jumat, 23 Oktober 2020 | 20:23 WIB
KEMBALI PAKAI LILIN: Masyarakat Kampung Tubaan, Kecamatan Tabalar, terpaksa menggunakan lilin untuk membantu penerangan selama PLN melakukan pemadaman bergilir.
KEMBALI PAKAI LILIN: Masyarakat Kampung Tubaan, Kecamatan Tabalar, terpaksa menggunakan lilin untuk membantu penerangan selama PLN melakukan pemadaman bergilir.

TANJUNG REDEB- Kekesalan Kepala Kampung Tubaan, Kecamatan Tabalar, Syaiful Achyar, memuncak. Pasalnya nyaris setahun kerap terjadi pemadaman bergilir di kampung tersebut. Syaiful yang dikonfirmasi (22/10), menyebut pemadaman bergilir di kampungnya sudah terjadi sejak 2019 lalu.

Ia menuturkan, dengan pemadaman bergilir tersebut, menyebabkan roda perekonomian di kampung tersebut terganggu. Hal ini juga diperparah dengan sistem pembelajaran di masa pandemi ini yang dilakukan secara daring. Karena para pelajar di kampungnya harus menggunakan smartphone sebagai penunjang pembelajaran daring. Namun dengan seringnya pemadaman listrik, tak sedikit pelajar yang kesulitan mengikuti pelajaran, karena smartphone miliknya kehabisan daya baterai. “Sudah sejak 2019 lalu (pemadaman). Waktu nyala paling lama 12 jam,” katanya.

Masyarakat sudah berulang kali menyampaikan keresahan tersebut kepada dirinya. Ia juga sudah menyurati pihak Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk mengadukan kondisi kelistrikan di kampungnya. Namun belum mendapat tanggapan. Disebutnya, salah satu penyebab pemadaman bergilir yang sudah berlangsung sekitar setahun di kampungnya, karena mesin PLN di Unit Listrik Desa (ULD) telah termakan usia.

“Saya juga sudah dua kali usulkan saat pemerintah menggelar musrenbang (musyawarah perencanaan pembangunan), tapi tidak ada hasilnya juga,” ungkapnya. Ia mengatakan, dengan kerap terjadinya pemadaman bergilir, warga menjadi waswas. Mulai dari khawatir munculnya tindak kriminalitas hingga menjadi penyebab musibah kebakaran. Sebab, saat pemadaman terjadi di malam hari, masyarakat terpaksa menggunakan lilin sebagai alat penerangan alternatif.

Sementara bagi warga yang memiliki generator set (genset), juga mulai mengeluhkan banyaknya pengeluaran tambahan untuk membeli bahan bakar  minyak (BBM). “Kerugian material sudah jelas. Belum lagi yang memiliki usaha penjualan es batu, apa tidak merugi,” katanya.

Ia berharap, agar PLN segera meremajakan mesin ULD di Tubaan. “Harapannya agar PLN bisa bertindak cepat dengan mengganti mesin tersebut. Karena mesin tersebut juga sudah tua,” ujarnya.

Terpisah, Manajer Unit Layanan Pelanggan PLN Tanjung Redeb, Deddy, membenarkan kondisi tersebut. Disebutnya, mesin yang digunakan ULD Kampung Tubaan memang sudah berumur 10 tahun. Dengan sudah termakan usia, menyebabkan mesin sering mengalami kerusakan yang akhirnya menyebabkan pemadaman bergilir.

“Kami sudah usulkan (peremajaan mesin) ke wilayah,” katanya. “Untuk usulan sudah ditanggapi. Saat ini masih menunggu dari wilayah untuk prosesnya,” pungkasnya. (hmd/udi)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Di Berau, Pakaian Adat Bakal Diwajibkan di Sekolah

Sabtu, 20 April 2024 | 17:45 WIB

Wartawan Senior Kubar Berpulang

Sabtu, 20 April 2024 | 17:10 WIB

“Kado” untuk Gubernur dan Wagub Mendatang

Sabtu, 20 April 2024 | 14:45 WIB

PKL Tunggu Renovasi Zonasi Lapak Pasar Pandansari

Sabtu, 20 April 2024 | 11:30 WIB

Kapolres PPU dan KPUD Bahas Persiapan Pilkada 2024

Sabtu, 20 April 2024 | 09:46 WIB

Penerimaan Polri Ada Jalur Kompetensi

Jumat, 19 April 2024 | 14:00 WIB
X