Melihat Ramlah, Janda 11 Anak yang Hidup Memprihatinkan

- Sabtu, 31 Oktober 2020 | 20:29 WIB
HIDUP SEDERHANA: Ramlah bersama beberapa anaknya ditemui beberapa waktu lalu.
HIDUP SEDERHANA: Ramlah bersama beberapa anaknya ditemui beberapa waktu lalu.

Peran ganda harus dijalani Ramlah, merupakan janda dengan 11 anak yang hidup dalam kondisi cukup memprihatinkan.

Gunung Tabur

TINGGAL menumpang di rumah kayu bersebelahan dengan kandang ayam, wanita berusia 47 tahun itu kini harus berjuang membesarkan semua anaknya seorang diri. “Ya beginilah kondisinya, mau bagaimana lagi,” sebut Ramlah dengan mata berkaca-kaca saat ditemui di sebuah rumah kayu di Paribau, Gunung Tabur, Berau.

Ramlah menyampaikan, awalnya ketika suaminya masih hidup, tinggal di sebuah rumah di Paribau dengan kondisi yang masih lumayan. Namun saat itu, tanahnya juga masih disewa, bukan milik sendiri. September 2018 lalu, suaminya meninggal karena penyakit diabetes yang sudah menggerogoti tubuhnya. Saat itu pula, ia tidak boleh lagi tinggal di tanah yang disewa itu.

Beruntung, ada pemilik kandang ayam yang mau meminjami pondok sederhana yang kini menjadi tempatnya bernaung bersama 10 anaknya. Rumah kayu itu hanya memiliki dua kamar, yang dipakai tidur bersama. 

“Satu anak saya perempuan sudah berkeluarga, ikut suaminya,” ujar Ramlah. Sementara 10 anaknya yang lain laki-laki, dan kini tinggal bersamanya dengan hidup apa adanya. Dari 10 anak itu, 6 di antaranya masih bersekolah. Sementara yang paling kecil baru berusia 3 tahun.

Untuk bisa menyambung hidup, anak-anaknya terkadang bekerja di kebun dengan hasil seadanya. “Kalau anak-anak membantu di kebun orang, kadang dikasih upah,” katanya. Hasil itu pula yang akan dibelikan bahan makanan. Beruntung jika ada mereka yang dermawan, saat itulah Ramlah mengaku bisa memasak cukup lumayan.

“Kalau nggak ada ya memetik daun singkong di kebun orang. Tapi sudah izin sama yang punya,” katanya.

Jika pun mendapat bantuan beras atau telur, maka dua butir telur akan dicampur tepung dan dikasih bumbu penyedap. Dua butir telur itulah dipakai lauk untuk makan dua kali dalam satu hari. “Ya cukup saja,” imbuhnya.

Mimpi Ramlah tak muluk-muluk. Ia berharap bisa memiliki tanah, dan bisa membuat pondok sendiri. “Sementara belum ada ya numpang di sini,” sambung Ramlah.

Ia juga berharap, anaknya bisa terus bersekolah meski dalam kondisi apa adanya. Meski hidup dalam kondisi ekonomi terbatas, anak-anak Ramlah masih tetap semangat bersekolah. Bahkan anaknya cukup berprestasi di sekolah dan berhasil juara kelas.

“Anak-anak tetap sekolah berkat bantuan dari pemerintah. Ada yang rangking tiga di kelas dan satunya lagi ranking satu,” tambahnya.

Apalagi saat belajar daring saat ini, tak semua anaknya memiliki handphone. Mau tidak mau, handphone yang ada harus dipakai bergantian. “Jaringan juga susah. Anak-anak harus naik ke bukit supaya dapat sinyal bagus,” pungkasnya. (*/sam)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Stadion Batakan Segera Dilengkapi Lapangan Latihan

Selasa, 23 April 2024 | 13:22 WIB

BPKAD Proses Hibah Lahan Perum Bumi Sempaja

Selasa, 23 April 2024 | 10:00 WIB

SIC Bersedia Biayai Waterfront City

Selasa, 23 April 2024 | 08:30 WIB

Lima SPBU di Kutai Barat Wajibkan QR Barcode

Senin, 22 April 2024 | 20:00 WIB

SIC Bersedia Biayai Waterfront City

Senin, 22 April 2024 | 16:00 WIB

Pemilik Rumah dan Ruko di Paser Diimbau Punya Apar

Senin, 22 April 2024 | 12:30 WIB
X