Jenis Covid-19 Lebih Kuat

- Rabu, 18 November 2020 | 20:06 WIB
PENANGANAN COVID-19: Pjs Bupati Berau Muhammad Ramadhan saat memimpin rapat penanganan Covid-19 di Berau kemarin.
PENANGANAN COVID-19: Pjs Bupati Berau Muhammad Ramadhan saat memimpin rapat penanganan Covid-19 di Berau kemarin.

TANJUNG REDEB – Pemkab Berau bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), mengumpulkan perwakilan-perwakilan perusahaan, untuk mengevaluasi upaya pencegahan dan penanganan Covid-19 di lingkungan kerja, Selasa (17/11).

Rapat yang dilaksanakan di ruang Sangalaki, Sekretariat Kabupaten Berau, dipimpin Penjabat Sementara (Pjs) Bupati Berau M Ramadhan. Salah satu pembahasan utamanya, adalah munculnya klaster Saptaindra Sejati (SIS) Binungan Mine Operation (BMO). Sebab klaster tersebut membuat angka kasus Covid-19 di Berau kembali tinggi.

Hingga kemarin, sudah ada 53 pasien yang masuk dalam klaster SIS BMO. Bahkan diakui Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Berau Iswahyudi, pasien yang masuk dalam klaster SIS BMO, memiliki gejala Covid-19 yang berbeda. Malah disebut lebih kuat dari pasien Covid-19 lainnya.

Iswahyudi yang ditemui usai mengikuti rapat, menyebut informasi yang diterima pihaknya dari dokter yang menangani pasien dari klaster SIS BMO,  model Covid-19 yang dirasakan pasien memang lebih kuat. Sebab jika biasanya dalam waktu lima hari pasien sudah bisa merasakan fungsi lidah sebagai indra pengecap, namun pasien klaster SIS BMO belum bisa merasakannya.

“Gejala masih kuat. Kalau biasanya setelah lima hari bisa merasakan lidahnya, hari ketujuh sudah bisa dilakukan swab kontrol setelah gejala mereda. Tapi untuk klaster ini, sepertinya terpending (swab kontrol, red),” katanya.

Pihaknya juga terus melakukan koordinasi dengan dokter yang menangani pasien klaster SIS BMO, untuk mengungkap jenis Covid-19 apa yang dirasakan pasien. “Untuk jenisnya belum tahu. Apakah jenis baru atau seperti apa,” jelasnya.

Dilanjutkannya, walau jenis Covid-19 bagi pasien klaster SIS BMO lebih kuat, tidak semua pasien yang terkonfirmasi menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Abdul Rivai. Tapi hanya 23 orang yang harus mendapatkan penanganan intensif di RSUD. Sementara 30 orang lainnya hanya menjalani karantina di gedung Politeknik Sinar Mas.

“Untuk gejala bagi 23 orang tersebut, gejalanya ringan,” katanya.

Ditambahkan Iswahyudi, sebanyak 10 pasien dari 53 pasien klaster SIS BMO, tidak tinggal di mes perusahaan. Sehingga pihaknya terus melakukan tracing kontak erat dari pasien yang tinggal di luar mes perusahaan. “Untuk lokasi tidak bisa kami sebutkan, tetapi kami sudah mendata dan koordinasikan,” tuturnya. Pihaknya bekerja sama dengan jajaran Puskesmas setempat, di lokasi karyawan yang tinggal di luar mes perusahaan.

Di sisi lain, Iswahyudi cukup menyayangkan sikap dari manajemen PT SIS BMO. Karena sejak awal kejadian, tidak langsung berkoordinasi dengan pihaknya.

“Apa yang terjadi saat ini bisa saja berpotensi menulari masyarakat. Seharusnya sejak awal sudah koordinasi,” katanya.

Sementara itu, GM System Compliance SIS BMO, Febriwiadi Djali menuturkan, pihaknya sudah melakukan tracing terkait kontak erat dari pasien dengan Berau 379, yang merupakan pasien pertama dari klaster SIS BMO.

Pihaknya mengaku memang kecolongan. Sebab pasien Berau 379 tidak melapor kepada pimpinan saat meninggalkan mes untuk pergi memancing. "Memang dia (Berau 379) tidak melapor," katanya.

Sebagai langkah antisipasi, selain melakukan tracing, pihaknya juga me-lockdown area tempat kerja yang bersangkutan. "Dia mekanik. Area kerjanya kami sterilisasi dulu. Kemudian untuk mes juga sudah dilakukan penyemprotan disinfektan. Selain itu, setiap karyawan yang akan masuk, menjalani pemeriksaan ketat serta pengecekan suhu tubuh," pungkasnya. (hmd/udi)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Arus Balik Lewat Laut di Samarinda Menurun

Selasa, 16 April 2024 | 18:07 WIB

Drainase di Jalan Juanda Dikerjakan Bertahap

Selasa, 16 April 2024 | 18:00 WIB

Rp 11 M untuk Perbaikan Jalan Sungai Buntu

Selasa, 16 April 2024 | 17:15 WIB

Arus Balik Lewat Laut di Samarinda Menurun

Selasa, 16 April 2024 | 17:00 WIB

Di Kutai Barat, Pertalite Lebih Mahal dari Pertamax

Selasa, 16 April 2024 | 16:30 WIB

BKPSDM Balikpapan Pantau Hari Pertama Kerja

Selasa, 16 April 2024 | 15:00 WIB

Tim Respons Brimob Padamkan Karhutla

Selasa, 16 April 2024 | 12:15 WIB

Tabrak Truk, Pengemudi Motor di Bontang Meninggal

Selasa, 16 April 2024 | 09:04 WIB
X