Kejujuran Masyarakat Jadi Kunci

- Senin, 23 November 2020 | 19:46 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi

TANJUNG REDEB – Pelaku perjalanan menjadi salah satu faktor penyumbang kasus Covid-19 di Bumi Batiwakkal – sebutan Kabupaten Berau.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Berau Iswahyudi yang dikonfirmasi kemarin (22/11), mengakui sulitnya melakukan tracing jika menemukan kasus dari pelaku perjalanan. Sebab, disebutnya, banyak masyarakat yang tidak jujur selepas melakukan perjalanan dari luar daerah.

Diakui Iswahyudi, memang banyak kasus Covid-19 dari pelaku perjalanan, yang disumbang karyawan perusahaan. Namun hal itu justru disebabkan karena ketatnya aturan dari perusahaan tempat karyawan tersebut bekerja.

Pasalnya, lanjut Iswahyudi, selama ini karyawan perusahaan yang melakukan perjalanan dari luar daerah, baik dalam rangka tugas atau cuti kerja, diwajibkan untuk melakukan isolasi mandiri dan melakukan swab usai melakukan perjalanan. Makanya, angka kasus yang disumbang pelaku perjalanan dari kalangan karyawan perusahaan cukup mudah terdeteksi karena ketatnya aturan yang ditetapkan perusahaan itu sendiri.

“Kalau masyarakat umum, kebanyakan masih malu-malu. Tunggu sudah parah (gejala Covid-19, red) baru mengaku jika habis bepergian. Itu yang susah,” katanya.

Dijelaskan Iswahyudi, kunci untuk mencegah penyebaran Covid-19 di Berau, adalah kejujuran dari masyarakat. Meskipun tidak memiliki gejala, tetap harus melaporkan diri dan melakukan swab atau rapid test secara mandiri, serta isolasi mandiri usai melakukan perjalanan dari luar daerah. Termasuk yang menggunakan akses transportasi darat, karena pengawasan di pintu masuk akses darat, sudah tidak lagi dilakukan. 

“Sekarang gini. Tidak mungkin kami melakukan pendataan secara keseluruhan. Kami langsung tracing begitu ada laporan. Tetapi, terkadang terkendala karena masyarakat enggan untuk melapor,” ungkapnya.

Iswahyudi menambahkan, ketidakjujuran masyarakat setelah melakukan perjalanan dari luar daerah, tambah diperparah karena setibanya di Berau, tetap bepergian dan beraktivitas seperti biasa.

“Iya mau bagaimana. Berharap zona hijau, tapi masyarakat masih sedikit yang jujur,” ujarnya.

Dari data Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Kelas I Kalimarau, jumlah kedatangan warga ke Berau sejak Januari hingga Oktober 2020, mencapai 82.567. Sementara jumlah keberangkatan dari Berau sebanyak 69.885 orang.

Namun jika dilihat dari awal masa pandemi di Berau yang terjadi pada Maret lalu, jumlah kedatangan orang ke Berau melalui Bandara Kalimarau mencapai 48.407. Sementara jumlah keberangkatan dari Bandara Kalimarau mencapai 35.241 penumpang. Sementara untuk kasus Covid-19 di Berau saat ini sudah mencapai 450 kasus. Dari jumlah tersebut, sebanyak 372 pasien telah dinyatakan sembuh, 73 pasien masih menjalani perawatan, dan 5 pasien meninggal dunia.

Jadi jika dibandingkan angka kasus dengan angka aktivitas keberangkatan dan kedatangan melalui Bandara Kalimarau, masih sangat kecil perbandingannya. Tapi Iswahyudi tidak berani menjamin, karena dari jumlah kedatangan tersebut, hanya sebagian kecil yang taat untuk melakukan isolasi mandiri dan melakukan swab atau rapid test, setelah tiba di Berau. 

“Masa pandemi di Berau dimulai pada awal Maret. Yang pertama yakni Klaster Gowa. Kemudian disusul klaster lainnya, mulai keluarga hingga Gang Jeruk, SIS BMO, kemudian saat ini didominasi pelaku perjalanan,” tutur Iswahyudi.

Terkait tarif swab test, pemerintah melalui Kementrian Kesehatan telah mengeluarkan surat edaran (SE) Nomor HK.02.02/I/3713/2020 tertanggal 5 Oktober 2020 tentang Batasan Tarif Tertinggi Pemeriksaan real-time polymerase chain reaction (RT PCR) yakni Rp 900 ribu.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Camat Samboja Barat Tepis Isu Dugaan Pungli PTSL

Kamis, 25 April 2024 | 18:44 WIB

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB

Pemkot Balikpapan Didesak Fasilitasi Pom Mini

Kamis, 25 April 2024 | 10:00 WIB

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB
X