Pasar Sanggam Adji Dilayas, yang Katanya Bersiap Jadi Pusat Perbelanjaan

- Kamis, 26 November 2020 | 20:04 WIB
BANYAK DIMILIKI PEDAGANG: Rumah toko dibangun 2 tahun lalu. Seluruh unit sudah terjual, dan pembelinya kebanyakan pedagang Pasar Sanggam Adji Dilayas.
BANYAK DIMILIKI PEDAGANG: Rumah toko dibangun 2 tahun lalu. Seluruh unit sudah terjual, dan pembelinya kebanyakan pedagang Pasar Sanggam Adji Dilayas.

BANYAK yang menyebut, Pasar Sanggam Adji Dilayas (SAD) salah satu pasar tradisional. Dibangun ketika pasar Inpres (pasar lama) tak mampu lagi menampung ribuan pedagang. Lahannya sekitar 7 hektare dan bangunan seluas 5 hektare.

Pasar ini, dengan konsep yang ada serta daya tampung, mampu menempatkan diri sebagai pasar terbersih di Indonesia. Pasar yang dibangun ketika Berau masih dipimpin Makmur HAPK. Inilah salah satu persembahan monumental, setelah bandara maupun bangunan publik lainnya.

Menyandang status sebagai pasar tradisional, dengan daya tampung dan banyaknya pengunjung, agaknya perlu ditingkatkan lagi. Muncullah gagasan menjadi kawasan berbelanja itu, menjadi sebuah pusat perbelanjaan.

Bukan saja yang ada dalam kawasan pasar. Ada pedagang dan toko yang berjualan di sepanjang jalan menuju pasar tersebut, merupakan penunjang dan daya dorong munculnya gagasan menjadikan Pasar Sanggam sebagai pusat perbelanjaan atau shopping center.

Lalu, muncullah pemilik lahan membangun rumah toko (Ruko) di sisi kiri pintu masuk kompleks pasar. Awalnya menjadi bahan keberatan para pedagang. Sebab, dikhawatirkan akan mengganggu pengunjung yang datang berbelanja.

Padahal konsepnya berbeda. Buktinya, setelah selesai, akhirnya para pedagang pasar memahami dan bisa saling berdampingan dalam berjualan.

Jumlah petak ruko yang dibangun sekitar dua tahun silam itu, sebanyak 57 unit. Semua sudah laku terjual. Walaupun terjual seluruhnya, belum semua pemiliknya mulai mengoperasikan.  Apalagi dalam situasi Covid-19 sekarang ini.

Dari hasil pantauan, hanya sekitar 5 atau 6 unit yang mulai melakukan aktivitas jual-beli. Ada yang jualan kelontongan, jualan makanan burung, bahan pokok, serta konter handphone. Sisanya bagaimana? Selebihnya, setiap hari, pintu ruko masih tertutup rapat. Lahan di depannya sering dijadikan warga tempat parkir kendaraan.

Banyak yang mempertanyakan, bahkan ada bahasan di sosial media  yang seolah-olah semua unit ruko itu dimiliki oleh pengusaha Tionghoa. Padahal, kenyataannya tidak. 57 unit ruko itu, menurut pengelola ruko, dibeli oleh para pedagang yang berjualan di pasar yang notabene adalah pengusaha lokal. Hanya ada satu dari luar Berau. Ada yang berjualan emas dan kain serta bahan lainnya. “Tidak benar isu yang beredar itu,” kata pengelola.

Kemungkinan setelah Covid-19 berlalu, para pemilik ruko akan memulai memanfaatkan fasilitas tempat berjualan mereka. Nanti akan terlihat, bagaimana meriahnya kompleks pasar yang dipersiapkan sebagai pusat perbelanjaan itu. (**/udi)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Camat Samboja Barat Tepis Isu Dugaan Pungli PTSL

Kamis, 25 April 2024 | 18:44 WIB

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB

Pemkot Balikpapan Didesak Fasilitasi Pom Mini

Kamis, 25 April 2024 | 10:00 WIB

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB
X