Debat Publik Pilkada Berau 2020

- Senin, 30 November 2020 | 19:18 WIB
DEBAT PUBLIK: Para pendukung pasangan calon bupati dan wakil bupati Berau menyaksikan debat publik Pilkada Berau yang disiarkan langsung salah satu televisi swasta nasional, di posko masing-masing, kemarin.
DEBAT PUBLIK: Para pendukung pasangan calon bupati dan wakil bupati Berau menyaksikan debat publik Pilkada Berau yang disiarkan langsung salah satu televisi swasta nasional, di posko masing-masing, kemarin.

TANJUNG REDEB – Debat publik pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kabupaten Berau, digelar di Jakarta, Minggu (29/11). Debat yang ditayangkan secara langsung salah satu stasiun televisi swasta nasional, berlangsung selama dua jam, dimulai pukul 15.00-17.00 WIB. Debat ini mengangkat tema Membangun Kemandirian Ekonomi dan Menyelesaikan Persoalan Daerah.

Perang ide dan gagasan pun tersaji antara paslon nomor urut 1 Seri Marawiah-Agus Tantomo dan paslon nomor urut 2 Sri Juniarsih-Gamalis. Debat dipandu langsung oleh Cindi Sistyarani selaku moderator.

Pada sesi pertama, paslon nomor urut 1 mendapat kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari moderator terkait strategi menghapus jumlah stunting di Bumi Batiwakkal. Pertanyaan ini pun langsung dijawab oleh cabup Seri Marawiah.

Ia mengatakan, langkah awal yang dilakukan melakukan sosialisasi kepada ibu yang mengandung untuk melakukan perbaikan gizi. Selain itu, mengoptimalkan posyandu, serta memberikan makanan tambahan untuk bayi yang disebar di seluruh posyandu sehingga tumbuh kembang bayi dapat berjalan dengan baik.

“Untuk infrastruktur kesehatan di Berau memang masih kurang. Minimnya tenaga medis yang selama ini masih menjadi masalah di Berau, akan kami tuntaskan secara optimal. Keluhan mengenai kesehatan di tahun 2019 hanya 25 persen,” katanya.

Sementara itu, cabup paslon 2 Sri Juniarsih, mengaku sependapat dengan paslon 1. Diakuinya palson 2 memiliki program kerja penumpasan stunting di Berau. Dengan memberikan edukasi kepada ibu dan remaja putri. Dengan 1000 hari melakukan perawatan gizi untuk buah hati. Sehingga bayi yang dilahirkan menjadi anak yang sehat serta cerdas. “Saya sependapat, Berau akan lebih memperhatikan stunting, agar Berau bebas stunting,” ungkapnya.

Pertanyaan moderator berlanjut, mengenai perekonomian Berau yang 61 persen bergantung pada sektor ekstraktif. Padahal Berau memiliki potensi pariwisata yang sangat besar. Bagaimana strategi meningkatkan kemandirian ekonomi daerah dari sektor pariwisata di tengah keterbatasan infrastruktur dan anggaran yang tersedia.

Menjawab pertanyaan tersebut, cabup paslon nomor urut 2, Sri Juniarsih, mengatakan di Kalimantan Timur, Kabupaten Berau memang kaya akan destinasi wisata. Pada 2017, jumlah wisatawan datang ke Berau sebanyak 99.400 ribu, sedangkan pada 2018 mencapai 285.880. Jika terpilih menjadi pemimpin Berau, dia akan meningkatkan kualitas wisata agar lebih baik lagi. Melalui pembenahan sumber daya manusia (SDM) pelaku pariwisata, memberi perhatian khusus kepada wisata melalui kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan. Termasuk mengoptimalkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang merupakan kunci kesuksesan wisata di mana masyarakat ikut berperan aktif. “Selain itu, kami akan melakukan revitalisasi bangunan bersejarah. Serta sarana dan prasarana menuju lokasi wisata akan ditingkatkan,” beber Sri Juniarsih.

Menanggapi jawaban Cabup paslon 2, Cawabup paslon 1 Agus Tantomo menegaskan, selama hampir 5 tahun menjadi wakil bupati, dia sangat paham permasalahan wisata di Berau. Mulai rendahnya repiter yang membuat wisatawan kapok datang kembali ke Berau. Ia menuturkan, untuk meningkatkan sektor pariwisata, bukan hanya jumlah wisatawan, namun bagaiman membuat wisatawan betah dan kembali datang ke Berau, tidak hanya satu kali.

“Ekspektasi dan realita wisatawan kadang tidak sesuai seperti yang digembar gemborkan. Mulai dari jarak yang jauh, fasilitas pendukungnya kurang memadai, dan biaya yang mahal. Ini yang membuat wisatawan kapok datang kembali. Jika ingin pariwisata di Berau naik, perbaiki dulu repiternya,” tegas Agus Tantomo.

Debat kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan moderator mengenai pendidikan di Berau. Pada saat pandemi seperti saat ini, pendidikan tatap muka digantikan dengan sistem daring. Tentu menjadi kendala, mengingat di Berau masih terdapat daerah blank spot.

Menanggapi hal tersebut, cabup Seri Marawiah, memaparkan telah berkoodinasi dengan penyedia jasa internet. Bahkan akan melakukan penambahan tower baru di seluruh wilayah blank spot. Ditambahkan Agus Tantomo, Pemkab Berau sudah mendorong pengadaan satelit dengan harga yang terjangkau untuk memudahkan pelajar belajar online. “Bukan tantangan yang berat. Hal ini sudah kami rumuskan jauh hari untuk menghilangkan area blank spot di Berau,” ucapnya.

Sementara itu, cabup Sri Juniarsih mengatakan, pihaknya sependapat dengan apa yang disampaikan paslon 1. Selain itu, penyediaan 1000 titik wifi gratis dari kota hingga kampung diharapkan bisa membantu warga yang membutuhkan jaringan untuk belajar. “Tetapi tetap dilakukan pengawasan penggunaan internet. Dikhawatirkan disalah gunakan anak-anak,” ujarnya.

Pertanyaan berlanjut, pada kebutuhan pangan di Berau. Cindi selaku moderator mengatakan, jumlah produksi beras di Berau pada tahun 2019 sebanyak 33.700 ton beras. Sedangkan untuk kebutuhan seluruh masyarakat Berau yakni 135 ribu ton pertahun. Kondisi ini menunjukan bahwa Berau masih sangat jauh dari kemandirian pangan. Bahkan terdapat 3 kecamatan di Berau tidak memproduksi pangan.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pemkot Balikpapan Didesak Fasilitasi Pom Mini

Kamis, 25 April 2024 | 10:00 WIB

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB

Stadion Batakan Segera Dilengkapi Lapangan Latihan

Selasa, 23 April 2024 | 13:22 WIB

BPKAD Proses Hibah Lahan Perum Bumi Sempaja

Selasa, 23 April 2024 | 10:00 WIB
X