Langsung Fokus Penanganan Corona

- Senin, 7 Desember 2020 | 20:29 WIB
TAK ADA ISTIRAHAT: Agus Tantomo yang telah ditunjuk sebagai Plt Bupati Berau, langsung bergerak cepat dalam upaya penanganan kasus Covid-19 yang terus meningkat dalam beberapa hari terakhir.
TAK ADA ISTIRAHAT: Agus Tantomo yang telah ditunjuk sebagai Plt Bupati Berau, langsung bergerak cepat dalam upaya penanganan kasus Covid-19 yang terus meningkat dalam beberapa hari terakhir.

TANJUNG REDEB - Tahapan Pilkada Berau 2020 sudah memasuki masa tenang. Kedua pasangan calon telah menuntaskan masa kampanye yang melelahkan selama 71 hari, dan berkesempatan untuk bersantai atau beristirahat dari padatnya aktivitas.

Namun itu tidak berlaku bagi Agus Tantomo. Calon wakil bupati Berau yang telah ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Berau sesuai SK Mendagri Nomor: 131.64-4024 Tahun 2020 itu, sudah ditunggu banyak pekerjaan rumah (PR).

Ya, setelah menyelesaikan masa cuti di luar tanggungan negara pada Sabtu (5/12) lalu, Agus Tantomo langsung kembali pada rutinitasnya sebagai kepala daerah. Bahkan di hari Minggu kemarin, yang menjadi hari libur bagi aparatur sipil negara (ASN), Agus sudah diminta untuk memimpin rapat koordinasi dengan beberapa kepala organisasi perangkat daerah (OPD), membahas persoalan kasus Covid-19 yang terus meningkat.

“Karena mereka (kepala OPD) yang minta (rapat), saya turuti saja. Karena yang dibahas juga sangat penting, soal Covid-19 dan Berau yang kembali menjadi zona merah. Makanya, walau ini minggu tenang, tidak bisa istirahat, karena sudah banyak PR yang menunggu,” katanya kepada Berau Post kemarin.

Agus yang rencananya akan dilantik sebagai Bupati Berau pada 15 Desember untuk menyelesaikan sisa masa jabatan periode 2016-2021, juga dibuat khawatir dengan kesiapan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Abdul Rivai, dalam menampung pasien-pasien Covid-19. Sebab daya tampung pasien Covid-19 di RSUD, hanya sebanyak 70 pasien. Tapi bisa juga dipaksakan hingga 80 pasien. Namun dengan jumlah pasien yang dirawat di RSUD sudah mencapai 71 pasien hingga kemarin, maka Pemkab Berau sudah harus mengantisipasi untuk menyediakan tempat perawatan tambahan bagi pasien Covid-19.

“Itu makanya tidak bisa menunggu sampai besok (hari ini, red) untuk membahasnya. Karena hari ini (kemarin, red) juga sudah harus kita siapkan tempat perawatannya. Karena dalam beberapa hari terakhir, tren penambahan kasus cukup tinggi. Sehari bisa puluhan orang yang terkonfirmasi. Sementara daya tampung rumah sakit sudah maksimal,” jelas Agus.

Untuk itu, setelah mendapat laporan soal perkembangan kasus Covid-19, Agus langsung mengajak beberapa kepala OPD tersebut untuk meninjau beberapa tempat yang bisa digunakan untuk menampung pasien Covid-19. Sebagai antisipasi jika jumlah pasien terus mengalami peningkatan nantinya.

Yang pertama ditinjau gedung Poltek Sinar Mas Berau Coal, yang selama ini dijadikan perusahaan sebagai lokasi karantina mandiri bagi karyawan yang baru datang dari luar daerah. “Tapi di sana tidak representatif. Tidak cocok untuk perawatan pasien,” katanya. Sebab, gedung Poltek Sinar Mas kurang memiliki sarana pendukung untuk keperluan mandi, cuci, kakus (MCK) untuk di setiap ruangan yang akan dijadikan ruang perawatan.

Mengapa tidak mengaktifkan kembali Rumah Sakit Darurat yang menggunakan gedung eks Hotel Cantika Swara? Ditanya demikian, Agus menyebut operasional RSD cukup besar. Sebab, gedung eks hotel di Jalan Pulau Panjang tersebut, harus menggunakan generator set (genset) yang membutuhkan banyak bahan bakar minyak (BBM), untuk mendapatkan listrik. “Biayanya besar karena harus menghidupkan genset. Terlalu boros,” ujarnya.

Sebagai alternatif, pihaknya meninjau ke Grand Parama Hotel di Jalan Pemuda, Tanjung Redeb. Sebab, hotel yang bertetangga dengan Mapolres Berau tersebut, disebutnya juga sudah menjadi salah satu hotel rujukan beberapa perusahaan, untuk mengarantina karyawannya yang baru bepergian dari luar daerah. Sehingga, karyawan di hotel tersebut sudah memahami soal pelayanan dengan penerapan protokol kesehatan ketat.

“Manajemen Parama juga berani memberi diskon. Per kamar hanya Rp 400 ribu, sudah ditanggung makan. Kalau normalnya Rp 500 ribu,” Katanya.

Jika dibandingkan dengan pembiayaan perawatan di RSUD, penggunaan kamar di Grand Parama juga dianggap lebih hemat. “Kalau di rumah sakit, per hari setiap pasien bisa habis sampai Rp 1,3 juta. Tapi itu sudah lengkap semua, sama obat dan sebagainya,” terangnya.

Memang jika nantinya kamar di Grand Parama Hotel akan digunakan, dikhususkan bagi pasien tanpa gejala dan yang sudah menjalani perawatan di RSUD. “Misal sudah tak ada lagi gejalanya setelah menjalani perawatan di rumah sakit, bisa dipindah lagi ke Parama. Dan saya minta, untuk yang tanpa gejala ini, setelah hari ke-8 bisa tes swab. Kalau hasilnya negatif, sudah bisa dianggap selesai isolasi,” jelas Agus.

Diakuinya, tingginya penambahan kasus Covid-19 di Berau, karena agak longgarnya pengawasan penegakan protokol kesehatan dalam beberapa pekan terakhir. “Ini yang mau aku tegakkan. Kita sudah punya perda (peraturan daerah). Tinggal penegakannya aja lagi,” ujarnya.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB

Stadion Batakan Segera Dilengkapi Lapangan Latihan

Selasa, 23 April 2024 | 13:22 WIB

BPKAD Proses Hibah Lahan Perum Bumi Sempaja

Selasa, 23 April 2024 | 10:00 WIB

SIC Bersedia Biayai Waterfront City

Selasa, 23 April 2024 | 08:30 WIB

Lima SPBU di Kutai Barat Wajibkan QR Barcode

Senin, 22 April 2024 | 20:00 WIB
X