TANJUNG REDEB – Tren kesembuhan pasien Covid-19 kembali menunjukkan angka yang menggembirakan. Sebab dalam dua hari di akhir pekan kemarin, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Berau Iswahyudi menyebutkan, sebanyak 24 pasien dinyatakan selesai isolasi atau sembuh.
Iswahyudi menuturkan, pada Sabtu (12/12) pasien yang sembuh mencapai 13 orang. Namun pada hari itu, juga ada yang dinyatakan terkonfirmasi sebanyak 2 orang. Sedangkan kemarin (13/12), pasien sembuh mencapai 11 orang, dengan tambahan pasien terkonfirmasi sebanyak 4 orang.
“Semoga tren kesembuhan ini terus berlanjut sampai Berau masuk zona hijau,” katanya kepada Berau Post kemarin (13/12).
Ia mengatakan, rata-rata pasien yang sembuh dari klaster tenaga kesehatan (Nakes) dan pelaku perjalanan.
Walau sudah menunjukkan tren membaik, Iswahyudi menyebut Berau masih berada di zona merah. Karena masih ada 100 pasien yang menjalani perawatan. Baik di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Abdul Rivai, Poltek Sinar Mas, maupun yang dikarantina di beberapa hotel yang ada di Tanjung Redeb.
“Selain itu, untuk kontak erat yang belum diketahui sumber penularannya, juga ada yang sembuh,” katanya.
Iswahyudi tidak menampik, memang sangat susah untuk kembali ke zona kuning. Karena masih banyak masyarakat yang belum sadar untuk penerapan protokol kesehatan (Prokes) yang benar. Bahkan terkesan meremehkan.
Diakuinya juga, masih ada ditemukan masyarakat yang tidak mematuhi prokes. Hal itu yang membuat penyebaran virus Covid-19 sulit dikendalikan.
“Banyak pelaku perjalanan, setelah beberapa hari, dan mengalami gejala baru melakukan swab. Itu yang membuat jumlah tracing semakin banyak,” ujarnya.
“Untuk pengawasannya sangat sulit dilakukan. Jumlah yang datang tidak sebanding dengan jumlah tim kami,” sambungnya.
Dikatakannya, peran masyarakat sangat penting dalam upaya untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Kesadaran masyarakat yang baru saja melakukan perjalanan dari luar daerah untuk isolasi mandiri dan menggunakan masker, diakuinya masih kerap dianggap sepele.
“Saat ini jumlah ruangan di rumah sakit sudah penuh. Jika terus bertambah, akan sulit bagi perawat untuk membagi waktu. Terlebih masih ada beberapa dokter dan perawat yang menjalani perawatan,” pungkasnya. (hmd/udi)