Tak Ingin Adat dan Kebudayaan Terlupakan

- Jumat, 18 Desember 2020 | 20:21 WIB
PERTAHANKAN KEBUDAYAAN: Mendukung berbagai kegiatan adat yang digelar di berbagai kampung di Berau, menjadi salah satu upaya Disbudpar Berau mempertahankan adat dan kebudayaan di tengah masyarakat.
PERTAHANKAN KEBUDAYAAN: Mendukung berbagai kegiatan adat yang digelar di berbagai kampung di Berau, menjadi salah satu upaya Disbudpar Berau mempertahankan adat dan kebudayaan di tengah masyarakat.

GUNUNG TABUR – Seiring berkembangnya zaman dan peradaban saat ini, penerapan adat istiadat dan kebudayaan di Kecamatan Gunung Tabur mulai terlihat pudar. Hal ini disampaikan pengurus kesekretariatan pemangku adat Kesultanan Gunung Tabur, Supandi.

Dijelaskannya, Kecamatan Gunung Tabur merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Berau yang kental dengan peradaban budaya leluhur. Salah satunya dengan keberadaan kesultanan yang membuat budaya leluhur disebutnya menjadi kental.

“Gunung Tabur masih punya adat. Seharusnya masyarakat pun melakukan sebuah pertahanan dan cerminan mengenai adat tersebut untuk dijaga,” katanya.

Keberadaan pemangku adat wilayah Kesultanan Gunung Tabur, menurutnya sebagai salah satu bukti, di mana wilayah yang berada di sekitar Tanjung Redeb dan Sambaliung ini, memiliki adat yang harus dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat.

Ia menjelaskan, pemangku adat kesultanan yang dibentuk sejak 2016 lalu ini, sebagai upaya agar adat istiadat dan kebudayaan di Gunung Tabur tak hilang ditelan peradaban.

“Jangan sampai masyarakat dengan mudahnya lupa bahkan meninggalkan adat istiadat kebudayaan yang ada,” terangnya.

“Melalui pemangku adat ini, seharusnya menjadi wadah musyawarah dan mufakat bagi masyarakat mengenai adat istiadat kebudayaan wilayah Gunung Tabur,” sambung pria yang juga menjabat sebagai Ketua RT 4, Kelurahan Gunung Tabur ini.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Berau, Masrani turut mengamini ucapan Supandi mengenai tergerusnya kesadaran masyarakat tentang adat dan kebudayaan.

Pihaknya pun sebenarnya tak tutup mata. Melalui berbagai pembinaan yang dilakukan, harapan untuk menumbuhkan serta menghidupkan kebudayaan di Kabupaten Berau pun terus diupayakan.

“Jika ingin menciptakan pariwisata yang unggul, harus adanya bantuan dari masyarakat untuk mengenalkan kebudayaan daerah masing-masing,” ucapnya.

Lanjut Masrani, pembinaan yang dilakukan tidak hanya berfokus di suatu tempat. Namun dilaksanakan dalam berbagai macam tempat serta media, salah satunya sekolahan dan di sanggar tari. Dan untuk usia yang ditargetkan tidak ada, semua umur tetap ditargetkan mampu mengenal dan menghidupkan kebudayaan masing-masing.

“Seperti Gunung Tabur, Sambaliung, dan Tanjung Redeb lebih dikenal dengan tarian Jappin. Dan untuk Tanjung Batu tarian Dalling, sedangkan untuk pedalaman daerah desa biasanya lebih banyak dikenal tarian Dayak. Hal ini harus terus dilestarikan oleh masyarakat agar dapat menciptakan suatu kesatuan pariwisata yang baik,” tuturnya.

“Jika wisatawan berkunjung, tentu saja kebudayaan masyarakat lah yang akan terlihat. Jadi saya berharap dengan adanya pembinaan dengan berbagai macam media serta tempat saat ini mampu melestarikan kebudayaan yang ada,” pungkasnya. (*/adf/arp)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

PKL Tunggu Renovasi Zonasi Lapak Pasar Pandansari

Sabtu, 20 April 2024 | 11:30 WIB

Kapolres PPU dan KPUD Bahas Persiapan Pilkada 2024

Sabtu, 20 April 2024 | 09:46 WIB

Penerimaan Polri Ada Jalur Kompetensi

Jumat, 19 April 2024 | 14:00 WIB

Warga Balikpapan Diimbau Waspada DBD

Jumat, 19 April 2024 | 13:30 WIB

Kubar Mulai Terapkan QR Code pada Pembelian BBM

Jumat, 19 April 2024 | 13:00 WIB

Jatah Perbaikan Jalan Belum Jelas

Jumat, 19 April 2024 | 12:30 WIB
X