PROKAL.CO,
SAMBALIUNG – Fluktuasi harga biji cokelat atau kakao dalam beberapa tahun terakhir, membuat sebagian petani kakao di Kabupaten Berau, khususnya di Kampung Tumbit Dayak, Sambaliung, beralih untuk menanam kelapa sawit.
Hal itu diutarakan salah satu petani kakao di Tumbit Dayak, Desi. Perempuan yang sudah 20 tahun menanam kakao di lahan seluas 1 hektare miliknya, mengakui tak sedikit rekannya, bahkan keluarganya, yang sudah beralih menjadi petani sawit. Terutama saat harga jual biji cokelat sangat anjlok beberapa tahun lalu.
"Banyak yang sudah beralih fungsi menjadi sawit. Kalau kami beserta beberapa warga lainnya masih tetap bertahan di cokelat ini," ujarnya saat ditemui di kediamannya, beberapa waktu lalu.
Dengan keteguhannya untuk bertahan sebagai petani cokelat, Desi saat ini bisa bernapas lega. Sebab, sepanjang tahun 2020, harga jual biji cokelat relatif stabil. Sehingga kebutuhan ekonomi keluarganya bisa tercukupi. “Cukup stabil di angka Rp 20 ribu hingga Rp 25 ribu per kilogramnya.
Bahkan di saat perekonomian sebagian besar masyarakat lumpuh akibat pandemi Covid-19, para petani seperti dirinya tetap bisa tersenyum. Karena harga biji cokelat di pasaran tidak ikut anjlok.
“Saat ini masih bertahan di kisaran Rp 23 ribu (per kilogram),” jelasnya.