GUNUNG TABUR – Diguyur hujan deras, rumah warga dan fasilitas umum di RT 7 dan 10 Kelurahan Gunung Tabur terendam banjir selama dua hari, yakni sejak Jumat (8/1) hingga Sabtu (9/1).
Diakui Ketua RT 7 Rusandy, wilayahnya memang kerap kebanjiran terlebih di musim hujan, karena membuat sungai yang cukup dekat dengan permukiman warga meluap.
“Banjir kemarin lumayan dalam, bisanya tidak pernah begitu. Makanya saat itu kami meminta bantuan dari kelurahan, babinsa dan bhabinkamtibmas untuk membantu warga yang kesulitan,” ujarnya.
Sementara, Lurah Gunung Tabur Lutfi Hidayat mengakui kalau dua RT itu memang menjadi wilayah langganan banjir saat musim hujan. Itu akibat aliran sungai di dekat RT 7 dan 10 merupakan titik tengah pertemuan dari Sungai Mangkasang dan Birang.
“Jika di salah satu daerah mengalami kebanjiran, maka RT 7 pasti akan terkena dampak,” sebutnya.
Akibat hal itu disebutnya, ada jalan sirtu yang belum genap satu bulan dibenahi menggunakan dana RT tahun 2020 kini rusak lagi.
Permasalahan aliran sungai disebut Lutfi sebenarnya selalu diusulkan pihaknya dalam musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) kelurahan dan kecamatan sejak 2018 lalu.
“Bahkan di 2019 kami sudah usulkan ke provinsi agar sungai ini dapat dinormalisasi, namun hingga kini belum terealisasi,” jelasnya.
Lanjut Lutfi, bukan hanya banjir yang menjadi masalah masyarakat di dua RT itu, tapi persoalan kekeringan. Saat musim kemarau, masyarakat di sana justru kesulitan mendapatkan air bersih, tahun lalu masyarakat pun pihak kelurahan meminta bantuan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk membawa air bersih untuk masyarakat di sana.
Hal itu dibenarkan salah seorang warga RT 7, Tati. Untuk mengatasinya, warga pun membeli air bersih per tangki ukuran 1.200 liter seharga Rp 70 ribu yang bisa bertahan 2 hingga 5 hari saja. “Saya berharap persoalan ini secepatnya ditindaklanjuti,” singkatnya. (*/adf/sam)