Tidak Terlihat Tapi Nyawa Taruhannya

- Rabu, 13 Januari 2021 | 12:36 WIB
SUARA NAKES: Dinas Kesehatan Berau bekerja sama dengan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Berau menggelar konferensi pers bertajuk ‘Suara Nakes Berau, Covid-19 Fakta atau Rekayasa’, Selasa (12/1).
SUARA NAKES: Dinas Kesehatan Berau bekerja sama dengan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Berau menggelar konferensi pers bertajuk ‘Suara Nakes Berau, Covid-19 Fakta atau Rekayasa’, Selasa (12/1).

TANJUNG REDEB - Penyebaran virus Corona (Covid-19) di Kabupaten Berau belakangan ini meningkat drastis. Untuk memberi pemahaman kepada masyarakat mengenai keberadaan virus Corona, Dinas Kesehatan Berau bekerja sama dengan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Berau menggelar konferensi pers bertajuk “Suara Nakes Berau, Covid-19 Fakta atau Rekayasa’, Selasa (12/1).

Kegiatan ini menghadirkan dr Robert Naiborhu (Dokter Spesialis Paru RSUD dr Abdul Rivai), dr Nur Jannah (Dokter Patologi Klinik RSUD dr Abdul Rivai), tiga orang penyintas Covid-19, yakni Elvira, Edy Setyanto Erning yang juga Kapolres Berau, dan dr Abdul Jabbar Kareem, yang merupakan dokter di RSUD dr Abdul Rivai.

Dokter Spesialis Paru RSUD dr Abdul Rivai, dr Robert Naiborhu, menjelaskan bahwa masih banyak masyarakat tidak memahami adanya virus Corona, karena belum pernah menjadi pasien. Dikatakannya, virus tersebut memang tidak terlihat, namun apabila terpapar, nyawa menjadi taruhannya. “Selama ini banyak di media sosial yang menyatakan, Covid-19 bisa sembuh dengan sendirinya. Itu jelas hoaks. Covid-19 itu nyata, memang tidak terlihat, tapi bisa dirasakan,” jelasnya.

Dia menyebutkan, akhir-akhir ini angka penyebaran Covid-19 meningkat drastis. Tingkat keparahan pasien, lanjut dia, masuk dalam tingkat yang berat. Hal ini menurut dia akibat pola pikir masyarakat yang masih takut dan malu bila divonis terpapar Covid-19. “Ini merupakan pemikiran yang salah,” ujarnya.

Menurut Robert, jika ada gejala, masyarakat perlu segera ke puskesmas terdekat memeriksakan diri. “Jangan sampai sudah parah baru dibawa ke rumah sakit,” katanya. “Prosedurnya, kami pasti melakukan rapid tes terlebih dahulu. Jika hasil rapid menunjukkan positif, kami lanjutkan ke tahap tes swab,” imbuhnya.

Dijelaskan Robert, awal mula virus mulai meningkat yakni pada minggu pertama virus masuk dalam tubuh manusia. Kuman dalam darah mulai meningkat dan terjadi reaksi antigen dan antibodi yang ada di tubuh. Pertemuan dari kedua itu, mengakibatkan adanya gejala. Gejala ini muncul sebagai tanda ada perlawanan dari tubuh manusia.

“Jika ada pertanyaan, apakah ada orang tanpa gejala, saya jelaskan tidak ada. Setiap orang memiliki gejala. Namun tingkat keparahannya berbeda,” jelasnya. “OTG adalah seseorang yang tidak bergejala dan memiliki risiko telah tertular dari orang konfirmasi Covid-19. Di mana OTG ini memiliki kontak erat dengan kasus konfirmasi atau pasien positif Covid-19,” pungkasnya.

Sementara, dr Nur Jannah, Dokter Spesialis Patalogi Klinik RSUD dr Abdul Rivai mengatakan, fase awal pandemi Covid-19 di Berau tidak terlalu tinggi. Namun semakin lama jumlah pasien semakin meningkat. “Fasenya memang berbeda, dari awal penyebaran awal Maret 2020 lalu,” ujarnya.

Ia mengatakan, saat ini gejala Covid-19 semakin bervariasi. Jika di awal kasus Maret 2020 lalu didapatkan setiap pasien mengalami gangguan pada pernapasan. Namun seiring berjalannya waktu, makin banyak temuan gejala yang mengarah ke Covid-19. Mulai saluran pencernaan, sampai ada yang berbicara melantur. “Dibilang varian baru bukan juga, tapi gejalanya semakin banyak,” ungkapnya.

Dikatakan Nur Jannah, bahkan selama ini banyak masyarakat mempertanyakan keluhan diare tapi bisa dikatakan Covid-19. Dia pun menjelaskan virus ini tidak hanya bisa hidup di saluran pernapasan, namun bisa berpindah tempat pada bagian tubuh, bahkan bisa hidup di bagian saraf. “Ini yang kadang membuat pasien koma. Banyak sudah ditemukan di RSUD dr Abdul Rivai,” jelasnya. “Gejala dari Covid-19 ini sudah sangat bervariasi. Tren dalam dua minggu terakhir pasien rata-rata mengalami kehilangan penciuman,” imbuhnya.

“Jika ada masyarakat yang bertanya, apakah tidak takut terpapar, apakah percaya dengan Covid-19, saya tegaskan saya percaya dengan adanya Covid-19. Sebagai manusia biasa, tentu takut terpapar. Namun, mengingat sumpah dan janji seorang dokter, kami terus berjuang melawan Covid-19,” bebernya.

Dalam diskusi ini, Dinas Kesehatan juga menghadirkan penyintas Covid-19. Salah satunya Elvira. Dia mengungkapkan, awalnya dia merasakan demam dan tidur tidak nyenyak. Namun, ia tidak merasa bahwa dirinya terpapar Covid-19. Kemudian, setelah sang suami melakukan swab, ia baru menyadari bahwa dirinya tertular. “Tidak enak, jangan sampai terpapar, makanan pun tidak terasa apa-apa,” ucapnya.

Sementara Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Berau, Iswahyudi, mengatakan pihaknya berupaya memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk menyadarkan bahwa Covid-19 ini nyata. Terlebih, sudah banyak kasus atau pasien terkonfirmasi. Bahkan belum setahun, kasus terkonfirmasi DI kabupaten Berau sudah mencapai 1.652 kasus, dengan total kasus kematian karena Covid-19 mencapai 20 kasus. “Sekali lagi saya ingatkan, hal paling murah dalam menjaga kesehatan dan mencegah terpapar Covid-19 yakni menerapakan protokol kesehatan dengan ingat 3 M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak),” bebernya.

Meskipun terlihat simpel dan murah, namun, diakui Iswahyudi, masih banyak masyarakat yang enggan menerapkan prokes tersebut. “Ya masih rendah kesadaran masyarakat. Semoga kesadaran masyarakat terus meningkat untuk melawan Covid-19, dengan menerapkan protokol kesehatan,” pungkasnya. (hmd/har)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Camat Samboja Barat Tepis Isu Dugaan Pungli PTSL

Kamis, 25 April 2024 | 18:44 WIB

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB

Pemkot Balikpapan Didesak Fasilitasi Pom Mini

Kamis, 25 April 2024 | 10:00 WIB

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB
X